Rabu, 08 Desember 2010

Karma??? Oh No?!!!!2

Tak sabar cewek bawel itu menunggu telfon dari Radit. Bolak-balik dia melihat jam di hapenya. Jam 10 malam. “Baru jam segini jugak. 2 jam lagi baru jam 12 teng. Hadoohh... nggak sabar aku la. Gimana ya tanggapan dia? Di terima pa nggak ya? Sepertinya sih dia bakaln bilang iya, tapi..... “, Keza berpikir sejenak. “Sebenarnya aku serius nggak sih dengan pernyataan yang aku bilang ke Radit. Diakan teman aku sejak SMP masa aahabat jadi cinta. Aku kan awalnya hanya bercanda doang di coment-coment-an kemaren kok jadi keterusan gini ya. Apa aku harus jujur sama dia kalok aku hanya maen-maen. Tapi, ntar kalok aku jujur takutnya dia udah nganggap serius. Kan udah kelewatan banget becanda aku ke dia. Aduh..... aku jadi bingung sendiri sama ulah ku. Huuhhh... mmmm.... Apa ni karma buat aku y, yang udah ngecewain sekian cowok yang udah pacaran ma aku? aku takutnya di campain sama Radit seperti yang aku lakuin sama mantan-mantan aku. Aduh Keza, jangan mikir yang macam-macam deh, lebih baik lo hapus pikiran lo tentang karma dan sebagainya yang bikin lo macam orang bodoh kek gini. Lebih baik lo tunggu z kabar dari si Radit itu”. Lagu ANJELL-Promise yang melantun merdu terdengar keras dari telfon genggam Keza. Sengaja dia membiarkan sedikit lama telfon genggamnya berdering di tangan lembutnya sebelum di angkat. Getaran Handphone itu memberi reaksi terhadap debar jantung Keza, Da-dig-dug, spot jantung Keza saat itu. “Hallo”, sahut Keza singkat. Begitu pula dengan Radit. Intermezo selepas itu. Tak ada yang mau membuka forum penting itu. Selang lima menit basa-basi, Radit pun membahas masalah itu, “lu beneran serius sama aku?, kok aku masih gag yakin ya...”, Tanya Radit penasaran. “Ya serius dungx. Masa’ hal yang beginian aku becanda. Emang lu gag yakinnya dimana, biar aku luruskan supaya lu tau aku tu emang beneran serius”, jawab Keza ceplos. “Ya sulit aja percaya sama lu. lu kan orangnya bocor banget. Becanda aja bawaannya. Seorang Keza gitu loch. Udah ngaku z deh kalo lo tu gag serius. Becanda. Ya kan????”, tekan Radit. Keza terus berusaha membuat Radit untuk percaya akan setiap kata-kata yang di lontarkannya. Sulit bagi Keza sebenarnya untuk mengatakan itu semua. Karna dia sendiri masih bingung akan tingkahnya itu. butuh waktu 8 menit untuk meyakini Radit. Cowok cuek itu pun resmi menjadi pacar Keza. Mereka sepakat tahap awal ini adalah masa penjajakan untuk saling mengenal pribadi masing-masing karna mereka sadar bahwa hubungan long distance (jarak jauh) sulit di tegakkan bila pondasi tidaklah bagus. Seminggu –dua minggu mereka dapat menciptakan komunikasi diatas rata-rata. Segala bentuk perhatian di curahkan Keza kepada Radit dan begitu pula sebaliknya. Komunikasi yang baik sealau Keza jaga dengan harapan Raditlah sosok pria yang dicarinya. Keza mulai serius dengan hubungan yang di hadapinya. Namun kecemasan Keza terwujud seiring berjalannya waktu. Tiba di minggu ketiga, komunikasi yang telah di upayakan Keza mulai merosot. Tak ada lagi perhatian, tak terdengar lagi suara cowok cuek dengan ciri khas ketawa lepasnya yang begitu gampang di ingat. Miss comunication telah di depan mata. Saat yang di takutkan Keza menyapa ketika dia mulai menyayangi Radit. Radit telah mengambil hati Keza yang tulus menyayanginya dengan respon yang negatif. Ntah apa yang membuat Radit enggan menghubungi Keza kembali. Dia pun mengikuti perubahan sikap cowoknya, dengan tidak menghubunginya. *** Keza dan Sofi janjian untuk main-main ke mall dengan tujuan ngilangin suntuk akan masalah yang menyinggahi Keza. Mereka masuk ke salah satu tempat makan di sana. “Kenapa lo Za, ada yang aneh dari raut muka lo. Muram. Lebih keliatan cantik”, celetus Sofi dengan cueknya. Dengan wajah sendu Keza memulai ceritany, “Radit, Sof. Radit”, membuat Sofi bingung. Kening mulus Sofi mengkerut. Lanjut Keza, “Dia uadah sebulan gag pernah ngubungi aku. Miss comunication. Punya cewek baru mungkin dia disana sampek-sampek lupa gitu aja sama aku. Trus aku mesti gimana dong?”, manyun. “Tu la makanya dulu jangan suka mainin cowok lu. Hargai sedikit perasaan mantan-mantan lu. Gak enak kan di sia-siain. Sakit. Kayak gini la rasa yang dialami mantan-mantan lu saat lu acuhkan dia yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari dirimu”, gerutu Sofi panjang lebar. Sofi lebih manyun dan meninggikan tepi bibir kananny dan mengerutkan hidungnya. “Ya.... Tapi mau di gimanain lagi, nasi udah jadi bubur. Terima gag terima lu kudu harus hadapi karma yang sekarang jelas-jelas ada di depan mata lu”, Keza memotong pembicaraan sohibnya itu yang menyalahkan sikapnya di masa lalu dengan mata terbelalak dan menegakan badan bungkuknya mengahadap Sofi, “Apa lu bilang?! KARMA!!”, tekan Keza. “Iya, K.A.R.M.A. KARMA!”, mengejakan kata itu untuk menyindir Sofi, “Karma itu sekarang lagi berpihak sama lu. Tau gag lu, si karma itu sekarang lagi ngejek-ngejekin lu dengan julurin lidahnya sambil naik-turuni kedua tangan yang ada di kepalanya. Week...week...weeek...”, sambil memperagakannya kepada Keza. “Kalo gitu, lu dong si karma itu. huuuh...”, kesal Keza dan langsung ngeloyor pergi. “Kumat deh kebiasaannya. Ngambek gag jelas giiimmmanaaaa gitu”, geleng-geleng kepala Sofi di buatnya. “Za... ya... Ni anak malah beneran pergi lagi”, buru-buru Sofi beranjak dari tempat duduknya sambil menyedot minuman dinginnya, “Keza. Tunggu dong. Keza!”, teriak gerutuan sofi mengejar Keza. endingnya sedih or malah kebalikannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar