Senin, 18 April 2011

TETAP MENANTI

Siang hari yang begitu cerah. indah memang bila di pakai untuk sekedar jalan-jalan aja. tapi gue males. udah beberapa hari ini gue ngga mood banget, ngga tau juga kenapa tau-tau kaya gini.DRRRTT DRRRTT HP gue bergetar, gue langsung angkat tuh HP dan ternyata itu pesan dari temen ya ngga terlalu deket juga sih dia Alvin." hah... tumben si alvin ngajak gue ke taman. emang ada apaan ya ?" pikir gue, tapi ngapain ngambil lama, cepet-cepet aja deh. gue langsung cabut tanpa bawa HP dan tas mini atau pun sisir .gue berjalan mendekat ketaman. gue lihat alvin yang duduk dengan gaya staycoolnya." ada apa vin ?" tanya gue ramah pada dia." alissya!!" alvin langsung terperanjat dari duduknya. dia tau-tau nyamperin gue udah gitu meluk. refleks gue kaget banget." woi vin, lo sadarkan ??" kata gue dengan terbata-bata." gue belum pernah sesadar ini sya " katanya masih dengan nada suara senang." oke oke, sekarang lo lepasin dulu pelukan lo yang bikin gue sesek nafas ini. udah gitu baru lo cerita sama gue oke..." kata gue bijak. dia langsung nurut udah gitu mandang gue sambil senyum. gue aga GR saat itu tapi langsung gue halow perasaan GR tadi." liva sya, liva " teriak dia. " iya ada apa sama liva ?" gue ngga sabar pengen tau apa yang terjadi." gue udah jadian sama liva ". " apa gue ngga denger "." gue...jadian...sama...liva..lo ngerti " alvin mengejah kata-katanya." oh jadian " ngga tau kenapa di situ hati gue lemes banget. wajah gue tiba-tiba pucet, gue ngerasa melayang waktu alvin ngomong kaya gitu." ko lo jadi berubah gini sih ? lo ngga suka gue jadian sama liva ?" alvin menaikan kedua alisnya sambil menatap gue dalem-dalem." gue suka ko. beneran, malahan baguskan berarti temen gue ini normal hahaha "" lo mah bercanda mulu ". alvin ikut tertawa. ' kenapa harus liva vin' batin gue .--- udah hampir 2 bulan setelah alvin curhat sama gue tentang dia jadian sama liva, udah 2 bulan juga gue jauh sama dia. jauuuh banget. bahkan hanya untuk tatap muka aja ngga pernah. ya, sekarang alvin sibuk sama liva. jujur gue sakit hati, sakit hatiii banget. gue ini punya perasaan ke alvin.perasaan lebih dari seorang temen.gue cinta sama dia,sayang sama dia.tapi kenapa harus liva yang dia pilih.kenapa ngga gue?." alissya.lo kenapa sih? emang salah gue apa ke elo. kenapa lo selalu aja tolak cinta gue.padahal gue tulus cinta sama lo sya" ya, dia atha. cowo yang baiiiiik banget sama gue.tapi gue ngga bisa nerima dia.ngga bisa,dan ngga mungkin bisa." maaf atha. nanti lo juga tau sendiri alesanya kenapa " gue langsung pergi tanpa menghiraukan atha yang ada di hadapan gue.gue duduk di bawah pohon sambil memeluk kedua lutut.tiba-tiba gue denger suara orang ketawa-tawa. gue cari arah itu.dan ternyata alvin dan liva yang lagi pacaran.haaaahh gue buang nafas sepanjang mungkin.dada gue sesak, hati gue sakit. gue....gue pengen nangis tapi apa daya air mata ini udah cukup kering untuk di kelurakan lagi. aku hanya bisa lari meninggalkan tempat itu. --------------hari ini adalah hari dimana acara promnight diadakan. karena harus saling berpasangan. akhirnya dengan terpaksa gue terima tawaran atha untuk menjadi pendamping satu hari saja.gue duduk di kursi berkain putih dengan hiasan pita merah dibelakangnya.gue meraih secangkir teh panas sambil menatap secara bergantian orang-orang yang memenuhi lobby sekolah.' alvin mana " gumam gue." kheem. lagi nyari siapa sya?" suara yang udah ngga asing lagi.atha." ngga ko. cuma lagi ngeliatin semua tamu yang dateng. pada cantik juga cakep ya tha." gue seyum kearah atha yang langsung dibalas olehnya." tapi, bagi gue lo yang paling cantik, alissya ". gue terperangah mendengar perkataan itu. walau pun terdengar biasa aja." makasih " cuma itu yang bisa gue ucapin.maaf atha lo itu emang baik banget tapi gue ngga bisa kasih lebih ke elo. sorry.tak lama dari itu. sosok yang dari tadi aku cari datang. dia keren juga tampaaan sekali hari ini dengan jas putihnya. tapi yah dia digandeng oleh liva. perempuan yang kini jadi pacarnya. perempuan yang sangat sekali gue iri." alissya!!!" panggil alvin yang membuat gue sadar. dia berjalan mendekati gue sambil senyum indah.PLUUUK alvin tiba-tiba meluk gue. gue diem tanpa membalas pelukan itu." gue kangen banget sama lo sya sumpahnya..." kata alvin." gue juga " gue tersenyum. alvin langsung melepas pelukanya. dan gue lihat liva yang berdiri disamping atha, dia seyum ramah ke gue gue bales senyuman itu meski sedikit maksa. -------- acara makin ramai saja mulai dari pesta dansa dan sebagainya. tapi tiba-tiba yang bikin gue kaget nama gue dipanggil untuk naik keatas panggung." sekali lagi alissya mouvinha silahkan naik keatas panggung". duuh gue harus gimana. tapi berkat dorongan atha gue langsung berjalan ke arah panggung." alissya kamu akan membawakan lagu apa ??" tanya presenter itu yang pasti gissela." mmmmm....mmmmm......ku..ku tetap menanti dari nikita willy..."jawab gue.yang bikin aneh kenapa jarus gue yang nyanyi ???" semuanya tepuk tangan untuk alissya dengan lahunya ki tetap menanti..."suara musik mulai menggema dipenjuru ruangan.gue kaku banget diatas panggung.yah ini pengalaman pertama gue nyanyi dan diliatin banyak orang.gue mulai menyanyikan lagu. semuanya mendengarkan gue nyanyi. dan mata gue tak henti-hentinya memandangi alvin yang lagi asyik bercanda dengan liva.tak sedetik pun gue mengalihkan pandangan ini. dan ternyata dari tadi pula atha memandangi alissya, dia langsung menoleh kebelakang kearah mata alissya tertuju dan itu ke ALVIN." MESKI DIRIMU BUKAN MILIKU TAPI JATIKU TETAP MILIKMU..." setelah selesai. gue nunduk beberapa detik lalu turun dari panggung dan jalan tergesa-gesa keluar dari arena promnight itu. " KENAPA ! KENAPA LO NGGA TAU PERASAAN GUE ! KENAPA LO NGAG NGERASAIN YANG SAMA KAYA GUE ! KENAPA ...KENAPA....KENAPA ALVIN ......." teriak gue sekenceng mungkin." APA GUE NGGA DI BERI KESEMPATAN BERSAMA LO...???" ." sabar sya...gue yakin cinta itu akan datang ke elo...". gue menoleh ke belakang. atha, gue malu banget dengan keadaan nangis kaya gini." atha ke..kenapa lo disini ??"" gue ngikutin lo sya. gue tau lo suka banget sama alvin kan ???"" iya...iya..iya...sekarang lo taukan alesan gue kenapa ngga pernah terima cinta lo. itu karena gue suka sama alvin dan ngga bisa terima cinta lain selain alvin..."" alissya lo harus...." omongan atha terpotong karena datang seseorang yang familiar." alissya. lo suka sama gue ??". gue mematung." kenapa lo ngga ngomong sya ? kalo lo tahan itu malah bikin lo sakit sya..."" karena....karena gue ...gue ngga bisa bilang vin....tapi sekarang lo taukan kalo gue CINTA BANGET SAMA LO ALVIN OGUZA. GUE SAYANG SAMA LO. DAN GUE TAU LO PASTI AKAN TETEP PILIH LIVA. TAPI GUE MOHON SAMA LO VIN. SEKALI AJA. TERIMA GUE JADI CEWE LO VIN GUE MOHON ..."" alissya..." alvin jalan nyamperin gue . kini jaraknya di depan gue banget." gue cuma anggep lo sahabat doang sya. maaf maaf banget ya sya ....." alvin lalu nyium kening gue, lalu tersenyum iba kearah gue." gue yakin sedikit-demi sedikit lo bisa ngilangin perasaan lo ke gue dan berpaling ke atha.oke..." alvin nepuk bahu gue lalu dia pergi dengan liva." haaaaaaaaah..." gue terkulai lemas ketanah.
.............................TAMAT.........................

My First Date

Perkenalkan, namaku Cheza. Aku sekarang bersekolah di salah satu smp negeri di kotaku. Aku merupakan salah satu anggota geng yang lumayan terkenal nakal di sekolah.
Pada suatu hari, aku dan teman – teman sedang nongkrong di warung depan sekolah. Saat itu kami berencana untuk pergi ke salah satu sma untuk melakukan survey. Maklumlah, kami dalam rangka kelulusan dan mencari sekolah untuk pendaftaran. Sebelum berangkat dengan teman, aku berniat menghubungi seseorang yang sekarang menjadi pacarku, tetapi aku sendiri belum pernah bertemu dengannya. Akhirnya aku meminta pendapat kepada teman - temanku, dan mereka mengijinkanku untuk mengajaknya dalam survey tersebut. Setelah itu, akupun menghubunginya dan ternyata dia mengiyakannya. Kita janji untuk bertemu di suatu tempat. Pertama sih aku minta agar dia datang ke sekolahku, tapi sayangnya dia tidak tahu jalan menuju sekolahku. Kita rubah tempat bertemunya menjadi di salah satu perumahan. Selagi menunggu dia datang di tempat itu, temanku yang bernama Hige sedang membayar tagihan motor dan memasang sebuah sticker untuk motornya. Setelah menunggu cukup lama di gerbang perumahan itu, akhirnya orang yang aku tunggu tiba juga. Dia bernama Kiba. kita berjumlah 6 orang,itu sudah termasuk aku juga. Aku, Tia, Cher, Midori, Tsume dan Hige. Aku berkenalan terlebih dahulu dengan seorang cowok yang menjadi pacarku itu. Bisa di bilang kami cepat akrab dan terasa seperti sudah lama kenal. Dia sempat mengeluarkan handphonenya dan mengambil fotoku tanpa mengatakan sesuatu terlebih dahulu. Bisa di bilang dia mengambilnya tanpa ijinku. Setelah aku sadar tentang perbuatan usilnya, dia hanya tersenyum melihat wajahku yang kelihatan bodoh. Dan aku berkata dalam hati “hmm,manis juga kalo senyum”. Akhirnya ketiga temanku yang sudah seperti hantu, mengeluh dengan nada yang lumayan tinggi, karena Hige dan Tsume belum selesai dengan kegiatan mereka. Cher sempat mengirim SMS kepada Hige yang isinya “hei,kau dimana?”. Dan Hige membalas SMS Cher “aku masih ngurus motor, kamu kesini aja sama anak2”. Aku dan teman - teman segera menyalakan motor dan bergegas menuju tempat yang dimaksut oleh Hige. Aku di bonceng oleh Kiba, dan motorku dipakai oleh Cher. Sedangkan Tia di bonceng oleh Midori. Tak sampai 5 menit, kita tiba ditempat Hige dan Tsume maksut. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 11.35 wib. Midori yang kesal dengan kedua temannya itu mengomel agar mereka segera menyelesaikan sticker motor itu. Matahari sudah semakin naik dan cahayanya terasa sangat menyengat di kulit kami. Sepuluh menit berlalu, dan Hige berseru “yaah,selesai. Makasih ya mas”,HIge menyerahkan uang Rp 10.000 kepada mas yang memang ahli dalam hal memasang assesoris motor. Kami pun segera naik ke motor dan memakai helm masing – masing. “ayo berangkat!” seru Midori dengan semangat. “ayooo!!” seru kami dengan kompak, tapi KIba hanya diam. Perjalanan di mulai dari perumahan, dan teman – temanku mengendarai motor dengan sangat kencang. Aku yang tidak terlalu suka dengan hal yang berbau “ngebut” jadi takut. Midori, Tsume, Hige, Cher dan Tia sudah melaju lebih dulu di depanku dan Kiba. Tapi tidak berarti kami tertinggal. Disela sela perjalanan, motor kami melewati salah satu SMPN, dan di gerbang SMP itu ada seorang cewek. Tiba - tiba Kiba berkata “itu temen kamu ya,yang berdiri di situ?”. Aku melihat kearah anak itu, aku jawab “bukan ah”. Setelah aku lihat dengan seksama, ternyata itu memang temenku waktu SD. Spontan aku langsung nyeletuk “lho, kok kamu tau kalo itu temenku? Tau darimana? Kan kita baru ketemu”. Aku tidak tau wajah Kiba saat itu bagaimana karena aku sedang di bonceng, lalu dia bilang “tau dong.jangan pernah bohongin aku ya.lebih baik kamu jujur,bilang ke aku duluan daripada aku tau sendiri”. Dan kalimat itu aku cerna sebisa mungkin. Sepanjang perjalanan aku merasa nyaman ada di belakangnya. Dia sempat menarik tanganku untuk melingkar di pinggangnya. Dia juga menggenggam tanganku dengan penuh perasaan. Dan ku merasa dia tidak berbohong tentang perasaannya kepadaku. Jalanan pada siang itu lumayan ramai. Sekitar jam 12 lebih, kami tiba di depan sekolah yang kami tuju. Sekolah itu lumayan besar dan berwarna hijau. Kemudian kami beristirahat di bawah pohon yang rindang. Tetapi aku tidak berani duduk disana, karena banyak ulat bulu di pohon itu. aku mengingatkan teman temanku “hey guys, di pohonnya… liat! Banyak ulatnya. Jangan duduk disitu, nanti kalo kena ulat bisa gatel gatel lho”. Tapi Midori malah menjawab dengan cuek “aku dah tau. Tapi aku capek, panas, dehidrasi tau. Duduk dulu kan ga masalah”, sambil melanjutkan obrolannya dengan teman yang lain. Kemudian Kiba memanggilku, “temenmu kenapa? Katanya mau survey sekolah, kok malah santai kayak gitu? Ayo cepetan! Aku mau pulang, dah di cariin sama ayahku. Ada keperluan”. Nada bicaranya sedikit berbeda dengan yang di motor tadi. Kiba sedikit emosi pikirku. Dan aku melihat jam di handphoneku, sudah menunjukkan pukul 12.45. Aku segera ke arah mereka dan meminta untuk segera pulang. Karena aku takut akan dimarahi oleh orang tuaku jika pulang lebih siang dari biasanya. “ayo pulang yuk”, ajakku. “bentar lagi,masih panas lho”. Astaga, aku bingung kalo sudah ada masalah seperti ini. Kiba harus segera pulang dan aku juga harus pulang karena sudah semakin siang. “temaan, ayo balik yuk.. dah siang lho.. nanti aku dimarain.. lagian ini nanti kan mampir ke rumahnya cher, trus baru aku balik ke rumah..” aku memelas pada teman temanku yang memang hobi main itu. “iya deh iya, ayo pulang” jawab Midori. Aku tau kalo kalimat itu keluar dengan tidak ikhlas. Akhirnya kita segera naik ke motor dan menyalakannya. Kita berangkat menuju ke rumah Tia. Dan perjalanan itu memakan waktu setengah jam sendiri. Sepanjang jalan aku berdo’a biar sampe rumah nanti ngga di marahin. Setibanya di depan rumah Tia, Cher ikut turun disitu dan aku turun dari motor Kiba lalu naik ke motorku sendiri. Sedangkan Kiba tetap berada di motornya. Aku berpamitan dengan mereka dan langsung menancap gas motorku. Kiba mengikutiku dari belakang, karena dia memang tidak tau jalan daerah situ. Akhirnya tiba di tengah kota, dan aku pun berpisah dengan Kiba. karena jalan yang kita ambil memang berbeda. Sebelumnya aku mengucapkan terimakasih kepada Kiba karena dia mau datang ke kotaku. Dan sudah mengantarku melakukan survey aneh itu. dia tersenyum dan berpamitan denganku walaupun itu berada di jalan raya. Dan itulah pertemuan pertamaku dengan Kiba. sampai sekarang aku masih berpacaran dengannya walaupun jarang bertemu. Dan aku yakin dia adalah tipe pria yang setia.

======= TAMAT =======

Saat Cinta Hampir Terlambat

Saat Cinta Hampir Terlambat
“Betapa indahnya dunia manusia…” gumam Bianca sang lebah madu yang cantik. Ia terus menyapukan pandangan pada area perkotaan itu. Matanya tertumbuk pada seorang laki-laki tampan yang berdiri dengan gagah di kerumunan. Selama ini Bianca yang cantik selalu dikucilkan di Negeri Lebah. Ia sungguh ingin mengenal laki-laki di bawah sana. Mungkin benar bahwa tidak sepantasnya seekor lebah madu menaruh hati pada seorang pria. Namun, ia takkan menyerah sebelum mencoba. Lelah sudah ia di antara lebah-lebah angkuh ini. Bianca teringat seekor lebah yang tinggal diujung Negeri Lebah. Pasti ia bisa mengabulkan permintaan Bianca. Ratu Kegelapan Lebah.
***
“Bianca, kan?” sapa Ratu Kegelapan Lebah dengan tatapan licik.“Ra…tu sudah tahu?” Bianca tergagap. Tempat itu jauh lebih menyeramkan dari yang melintas di benaknya. Kelam, lembab, sunyi, banyak kelelawar, bau, dan segalanya yang buruk ada di sana. Mata Ratu Kegelapan Lebah yang berwarna hijau tua menerawang dan menusuk.“Tentu saja saya tahu, Bianca. Saya telah meramalkan semua ini melalui bola kristal. Jadi, kau ingin apa?” kata Ratu dengan tegas di singgasana kelelawarnya.
“A…aku ingin…jadi…ma…nusia,” jawab Bianca lirih.“Hahahaha! Apa motivasimu, Nak?”“Aku lelah di dunia Lebah. Aku tidak penting di sini. Aku mencintai seorang laki-laki di bawah sana,” jawab Bianca tanpa rasa takut lagi. Tekadnya sudah membulat.“Saya akan mengabulkan permintaanmu. Namun, tidak semudah itu, Bianca. Hanya ada rentang waktu seminggu dan kau harus membuatnya mencintaimu. Kalau tidak, kau akan jadi lebah untuk selama-lamanya. Syarat lainnya adalah kau tidak boleh bercerita tentang syarat ini pada manusia itu,” kata Ratu Kegelapan Lebah.“Baiklah, Ratu. Aku akan menepati janji,” bisik Bianca.
“Oh ya, kalau kau tidak berhasil, kau akan menjadi budakku di gua ini sebagai lebah,” tambah Ratu. Bianca mengangguk setuju tanpa pikir panjang lagi.“Pejamkan kedua matamu. Berputarlah tiga kali,” perintah Ratu. Bianca mematuhi perintah Ratu dan WUSS…sekelebat asap ungu menghilangkan Bianca dari pandangan.

***
“AUW!!” rintih Bianca. Ia terdampar di sebuah pantai pinggir kota. Seakan-akan Ratu melemparnya dari atas sana. Bianca mengerjap-ngerjap dan membelalak. Kedua tangan yang lengkap dengan jari-jari indah, kedua pasang kaki mulus dan putih bak pualam yang sekarang dimilikinya. Ia berkaca pada lautan biru yang bening. Astaga! Ia tak mengenali pantulan bayangan di sana. Siapa aku? Mengapa aku menjadi sangat jelita? Terima kasih, Ratu, pikir Bianca bahagia. Bianca berusaha bangun dan berdiri. Terasa sedikit sulit untuk memijakkan kaki di pasir lembut itu. Ia terus mencoba dan ia bisa berjalan. Tubuhnya dibalut gaun chrome yang indah beserta perhiasan yang berkilauan diterpa sinar matahari. Untunglah, ia memiliki setidaknya satu pakaian. Yang telanjang hanya kakinya.Bianca berjalan menyusuri laut, menembus hutan kecil dan perutnya keroncongan. Ia lapar dan merasa tersesat. Dipanjatnya pohon tinggi di sebelahnya, dengan cepat ia dapat duduk di ranting besar pohon itu. Matanya menerawang, memandang jauh sebuah area tanpa pepohonan yang lebat. Itu dia! Area perkotaan yang ia lihat di Negeri Lebah, batinnya lagi.Dengan cepat ia pun berhasil keluar dari rimba itu. Yang mengherankan Bianca, mengapa ia bisa berlari secepat angin? Bagaikan terbang saat ia bersayap. Kerumunan di pasar itu membuatnya kepanasan. Dilihatnya laki-laki yang ia impikan itu tengah menyiram tanaman di rumahnya yang terletak strategis di pinggir. Bianca mendekatinya.“Permisi, saya butuh tumpangan karena saya dari negeri yang jauh.”“Siapa kamu?” tanya pria itu memalingkan wajah.“Saya seorang gadis yang tersesat,” jawab Bianca.“Kamar saya tidak cukup nyaman untuk gadis secantik kamu,” kata Bianca, tersipu-sipu malu. Wajahnya memerah. Nama laki-laki itu Oliver dan dia tinggal sendiri. Ia yatim piatu dan baru saja ia ditinggal oleh pacarnya, Ivana. Mereka mengenal satu sama lain dan hari itu mereka semakin akrab. Bianca merasa nyaman tinggal di sana.Ia pun tidur dengan nyenyak di kasur empuk itu. Yang ia heran, mengapa ada bekas titik yang berlubang di alas tempat tidurnya? Ia pun teringat. Ia adalah seorang lebah yang memiliki sengatan tajam. Ratu itu licik. Ia masih menyisakan sengatan tajam itu. Bianca ketakutan. Untunglah sengatan itu tidak terlihat kasatmata, hanya berbekas tanpa ada secara fisik. Bagaimana ini? Kalau Oliver sampai tahu, apa yang ia lakukan? Membawaku ke polisi dan mengusirku? Bianca menggelengkan kepala. Jangan sampai ia tahu. Biarlah momen indah ini terus berlanjut tanpa ternodai hal-hal yang buruk.***Pagi pun tiba. Sang mentari menampakan sinar cerahnya dan menjemput Bianca yang terlelap agar bangun. Bianca mengerjap-ngerjap. Ia menyiapkan baju-baju yang diberikan Oliver dan mandi. Setelah itu ia mematut di cermin. Aku sangat mempesona, pikirnya.Setelah puas bersolek, Bianca keluar dari kamar dan tampak Oliver memasak bubur hangat untuk sarapan pagi. Ia menyiapkan dua mangkok bubur. Bianca jadi tidak enak membiarkan laki-laki menyiapkan makanan. Seharusnya ia sebagai perempuan berinisiatif agar tidak hanya merepotkan.“Selamat pagi, Oliver!” sapa Bianca riang.“Eh, Bianca. Selamat pagi,” sapa Oliver kalem. Sejak kedatangan Bianca yang cantik dan riang, hari-harinya menjadi ceria dan hilang kerinduannya pada Ivana. Oliver menatap diri Bianca lama, lama sekali. Rambut panjangnya tergerai dan aura kecantikan dan inner beauty yang natural terpancar dari senyum manis Bianca. Mereka melanjutkan sarapan.“Oliver, tampaknya sore ini aku akan pergi. Sudah cukup merepotkanmu,” kata Bianca. Ia berpikir mungkin ia akan tidur di depan rumah sakit. Biarlah, asal tidak merepotkan Oliver yang sudah susah payah membuatkan bubur untuknya. Secara ekonomi, Oliver adalah manajer perusahaan pertambangan yang ternama. Bianca cukup lega bahwa AC yang dipakainya tidak menyulitkan Oliver.“JANGAN!” seru Oliver kaget, “kamu tidak boleh pergi, Bianca. Kau…kau mewarnai setiap langkah di hari-hariku. Nanti sore aku akan mengajakmu ke department store dan boutique bermerk di sini. Aku akan memberikanmu baju. Tinggallah selama mungkin. Aku bisa menebak, kau masih tak punya tempat tinggal. Kau menabung saja, bekerja rumah tangga di sini dan aku akan menggajimu. Juga menjadi sekertaris pribadiku,” ujar Oliver tersenyum manis. Bianca ternganga.“Benarkah?” matanya berbinar-binar senang, “kau sangat baik, Oliver! Kau tahu? Aku memang tak tahu akan tinggal di mana!”“Bagus, Bianca. Sekarang kau bisa merapikan kamarku,” kata Oliver. Bianca mengangguk setuju. Ia bergegas pergi ke kamar Oliver dan membereskan ruangan yang berantakan itu. Saat hendak melipat selimut, mata Bianca tertuju pada satu foto. Foto seorang wanita manis yang tersenyum sedang merangkul bahu Oliver. Bianca menggeleng. Mungkin itu Ivana. Terbesit rasa cemburu di benaknya. Bianca melihat bekas titik tajam yang membolongi kasur Oliver. Apa itu? Jangan-jangan…ah tidak! Jangan berpikir begitu, Bianca, tidak mungkin.***Oliver duduk termenung di meja kerjanya. Dilihatnya foto Ivana masih terpajang di meja itu. Oliver memutar foto Ivana dan mengeluarkannya dari bingkai, lalu merobeknya perlahan. Hati Oliver masih sakit, walau rasa sakit itu sudah terbendung oleh senyum dan kehadiran Bianca yang ceria. Betulkah ia mencintai Bianca? Oliver menepis pikiran itu dan mencoba berkonsentrasi pada komputernya. Tapi, tidak bisa sebab ia terus memikirkan perempuan itu. Tiba-tiba Oliver teringat masa lalunya. Ia menjadi takut, sangat takut. Jangan sampai ia ditinggalkan Bianca hanya karena ini. Bianca akan kecewa. Terlintas flashback saat ia masih menjadi lebah. “Oliver, jadi kau benar-benar menyukai gadis itu?” tanya Ratu Kegelapan Lebah.“Iya, Ratu. Tolong ubah saya menjadi manusia.”“Saya akan mengubahmu dengan syarat kau harus mendapatkan hatinya selama seminggu. Kalau tidak kau akan menjadi lebah lagi.”“Jangan, Ratu. Butuh waktu lebih dari seminggu untuk merebut hatinya. Aku ingin aku tetap menjadi manusia selama-lamanya sampai mendapatkannya atau mendapatkan wanita lain yang kucintai.”“Baiklah Oliver, dengan syarat kau harus memberikan tahtamu sebagai pewaris kerajaan Lebah Madu kepadaku dan guntinglah sayapmu yang gemerlap itu.”“Aku akan memberikan segalanya demi cinta. Ambil saja tahtaku, aku tidak butuh tahta. Semuanya mengolok-olokku dan meremehkanku. Percuma aku hidup sebagai lebah. Aku ingin jadi manusia, sekarang!” seru Oliver. Lalu Oliver benar-benar menggunting sayap indahnya dan memberikannya ke Ratu Kegelapan Lebah. Lalu ia memberikan mahkota emas miliknya kelak pada Ratu. Lalu Ratu tersenyum licik dan dalam sekejap, ia terbawa asap ke pinggir pantai dengan wujud manusia yang tampan. Tak terasa air mata menetes dari pelupuk matanya. Hasil pengorbanannya sia-sia belaka karena Ivana hanya mengkhianatinya. Mencintainya karena harta dan wajah tampannya. Tak seorang gadispun yang menyentuh hatinya karena Oliver selalu tahu mereka hanya butuh uang dan uang dari cara mereka bersikap.Ia yakin bahwa gadis yang tepat akan datang saat sengatan lebah miliknya hilang tak berbekas. Dan saat itu hampir hilang karena Ivana, Ivana meminta Oliver menandatangani surat pranikah bahwa harta milik Oliver akan menjadi milik Ivana. Oliver tidak keberatan, namun menurutnya belum saatnya untuk menyerahkan harta sebelum pernikahan.“Bapak Oliver, Anda dipanggil Bapak Robert,” kata cleaning service berseragam itu. Oliver berdiri. Aneh, sepertinya ada rasa yang hilang. Ia berbalik melihat kursi bantalnya. Tak ada bekas titik tajam, tak ada lubang dan tak ada rasa sakit saat ia berdiri yang biasa dirasakannya. Berarti...***Bianca mengelap kaca-kaca dan membersihkan dapur seraya berdendang. Rumah Oliver tampak cemerlang karena Bianca dengan tekun membersihkan tiap jengkal rumahnya. Oliver masuk ke rumah itu dan melihat Bianca yang dengan ceria membersihkan dapur dan meja makan. Ia tertawa dalam hati melihat keceriaan Bianca seakan tak ada yang mengganggu hidupnya. Bianca masih layaknya anak yang polos dan baik hati. Hal itu menyentuh hati Oliver.“Hahaha, Bianca, ternyata suaramu indah juga,” tawa Oliver renyah. Bianca menoleh dengan tatapan bingung. Lalu Oliver kembali menertawakan Bianca.“Jangan menertawakan aku terus,” ujar Bianca merengek. Oliver mendekati Bianca dan mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang.“Bi,” ujar Oliver, “nanti malam aku ingin mengajak kamu ke pesta Direktur Utama PT. Jaya Makmur. Pesta pertunangan anaknya,” ujar Oliver.“Aku…tidak pantas sama sekali.”“Hush! Jangan bilang begitu. Kau sangat pantas untuk menghadiri pesta itu. Maka sekarang aku ingin mengajakmu untuk mempercantik diri. Ayo taruh lap itu di tempatnya dan bergegaslah!” kata Oliver menahan Bianca untuk terus mengelap meja makan. Bianca diam sebentar, memandang dalam mata Oliver dan ia masuk ke kamarnya. Ia menyisir rambut panjangnya dan menghela napas merasakan menjadi seorang manusia. Astaga, waktuku sudah kupakai selama tiga hari, empat hari lagi tersisa, batinnya kecewa. Kesempatannya untuk memulai adalah hari ini. Dengan percaya diri Bianca melangkah ke ruang tamu tempat Oliver menunggu.***Oliver mengajak Bianca ke salon untuk mengeriting rambut bawahnya, merapikan poninya agar lebih rata dan di-make up. Selama dua jam, dengan sabar Oliver menunggu seraya membaca majalah-majalah. Banyak headline tentang pertunangan anak direktur kaya yang tak lain adalah Pak Robert dari kantornya. Akhirnya, selesailah riasan Bianca. Bianca terpukau oleh dirinya sendiri. Dia terlalu cantik untuk menjadi manusia. Ratu Kegelapan Lebah memberikannya kecantikan. Jadi, sebenarnya Ratu yang baik atau memang ia cantik saat menjadi lebah? Ia menggeleng sendiri, takut ketahuan Oliver.“Pak Oliver, Mbak Bianca sudah selesai,” kata penata rias itu. Oliver mendongak dari koran yang dipegangnya, dan korannya terjatuh. Ia ternganga dan melamun sebentar memandangi Bianca dari ujung rambut hingga kaki. Tak ada kata lain daripada sempurna.“Oliver? Hei, mengapa melamun?” sapa Bianca manis dengan suaranya yang renyah. Oliver tetap tak bergeming. Bianca menggelitik lehernya dan Oliver tersadar.“Kau sangat cantik, Bianca.”“Terima kasih, Oliver,” kata Bianca tertawa melihat Oliver yang bagai dihipnotis. Bianca mendorong Oliver untuk segera ke kasir. Lalu mereka keluar dari salah sebagai pasangan yang sangat serasi. Oliver membawanya ke sebuah butik bermerek terkenal. Bianca mencari baju yang pantas untuknya. Tak terlalu bercorak, tak terlalu polos. Oliver mencari jas yang pantas pula. Ia menemukan jas putih berkancing emas dengan dasi hitam yang menawan. Ia tersenyum dan mencoba mengenakannya, sementara Bianca sudah menemukan sebuah baju sederhana yang manis, belakangnya terbuka, memperlihatkan punggungnya dan depannya bermodel strapless. Warnanya biru muda seperti langit, dengan renda di pinggul serta pita kecil di dada. Lalu ia mengambil high heels biru yang agak tua dengan logo hati di tengahnya dan haknya transparan.Bianca mengenakannya di ruang ganti dan mematut. Sama, cantik juga. Merekapun selesai membayar dan dengan anggunnya Bianca berjalan membawa dompet kecil emas.Oliver tampak gagah dengan setelan jas itu dan naik mobil menuju hotel berbintang enam yang terlihat megah bagi Bianca. Mereka berjalan berdampingan, dan agar Bianca tidak tersandung, Oliver menyampirkan tangan Bianca di lengannya. Bianca merasa risih, namun ia tak melawan. Lalu sampailah mereka di pesta yang megah dan ramai itu. Banyak pasang mata memandang mereka terpana. Seakan-akan merekalah pasangan yang akan ditunangkan, bahkan ada yang hendak mengucapkan namun sadar bahwa yang bertunangan sudah ada di panggung.“Oliver, semua ini menakjubkan!” ujar Bianca senang.“Tak ada yang lebih menakjubkan daripada kau,” tutur Oliver sopan. Pipi Bianca menjadi merah semu. Tak ada yang pernah memujinya seperti ini. Rasa cintanya menjadi bertambah pada Oliver. Ia bertekad merebut hatinya malam ini juga. Mereka menyusuri pesta ramai nan meriah itu dan saling menyapa dengan manajer lainnya. Banyak yang mengira Bianca adalah pacar Oliver dan memuji kecantikannya. Oliver menggandeng tangan Bianca erat dan membawanya ke teras hotel yang dipenuhi lampu redup dan meja berhias candle light dinner. Mereka duduk di satu meja dan memesan lychee ice tea serta tenderloin steak dan menyantapnya dengan semangat penuh.“Ver, aku kenyang sekali,” rengek Bianca.“Sama, Bi. Kalau begitu kita bungkus saja untuk esok hari,” kata Oliver, berdiri dari kursinya dan masuk ke aula pesta untuk menemui pelayan. Dilihatnya seorang pelayan sedang melayani seorang perempuan. Siluet tubuhnya sepertinya familier baginya. Cantik, ramping, berkulit kuning langsat dan tinggi. Tiba-tiba dadanya sesak. Ia tahu itu siapa. Pelayan lain menghampirinya dan dengan cepat Oliver memintanya membungkus itu dan mengantarkan ke meja nomor delapan. Rasa cinta yang masih terpendam membuncah, menarik Oliver untuk mendekati dia. Oliver menahan semua itu dan kembali ke mejanya untuk menemui Bianca.“Bi, sepertinya setelah membungkus steak kita pulang saja, ya.”“Ada apa, Ver? Wajahmu pucat.”,“Aku tidak enak badan,” jawab Oliver berdusta. Pelayan itu datang dan memberikan satu tempat styrofoam berisi makanannya.“Hei, Oliver! Masih ingat aku, kan?” sapa suara lembut yang dikenalnya.“I…vana?” ucap Oliver terbata-bata. Rasa rindu, kesal, cinta, marah bercampur aduk menjadi satu. Ivana meraih Oliver dan memeluknya seakan-akan mereka sahabat lama yang baru bertemu hari ini. Mereka berbincang-bincang cukup lama sementara Bianca menunggunya seperti orang bodoh. Banyak pemuda melempar senyum padanya dan ia membalas semua senyum itu. Akhirnya selesailah pembicaraan mereka. Selama perjalanan menuju rumah Oliver mereka tidak berbicara apa-apa. Oliver terlihat senyum-senyum sendiri, kadang terkikik dan tak memedulikan Bianca. Bianca menyangka bahwa Oliver sudah jatuh ke pelukan Ivana kembali. Sia-sia sudah perjuangannya. Ia akan menjadi seekor lebah malang yang melayani Ratu Kegelapan.***“Oliver, aku masih mencintaimu. Waktu itu aku dipaksa orang tuaku. Maafkan aku, Ver. Aku ingin kita seperti dulu karena orang tuaku sudah setuju,” ujar Ivana dengan raut wajah serius.“Apa? Jadi sekarang kita bisa bersama lagi?” Oliver membelalak senang.“Ya, besok aku akan datang ke rumahmu dan kita akan jalan ke Mall. Kau mau kan menjadi milikku lagi?” sinar mata Ivana menggoda Oliver.“A…aku tidak ta…hu,” jawab Oliver lirih. Ia tahu ia juga mencintai Bianca. Hatinya terbelah dua. Ia tak tahu yang mana cinta sejatinya. Ivana yang menjadi tujuan hidupnya namun menyakitinya-kah? Atau gadis periang yang menawan yang baru datang dan membawa warna kehidupan? Pertemuan singkat dengan Ivana hanya membawanya ke hidup penuh dilema.***Bianca tersedu-sedu. Hari ini adalah hari keenam. Kalau hari ini ia masih belum dapat menaklukkan Oliver, berarti waktunya hampir habis. Jam empat sore di pinggir pantai adalah saat terakhirnya di dunia manusia bila Oliver masih belum menyatakan cintanya. Tubuhnya menjadi lemas mengetahui sisa hidupnya hanyalah menjadi budak dan menjadi lebah di gua seumur hidupnya tanpa bisa berkelana seperti lebah lainnya.TING-TONG! Bianca tersadar dari fantasi sedihnya, lalu menuju pintu. Ia membuka pintu itu. Terlihat seorang perempuan berambut cokelat sebahu yang lebih tinggi sedikit darinya dan terlihat mempesona. Matanya sayu indah, bola matanya hijau tua. Tunggu! Bianca merasa ia pernah melihat mata sendu itu. Siapakah dia gerangan?“Halo, kau pasti Bianca. Oliver sudah menceritakan tentangmu. Terima kasih sudah menjaganya selama aku tak ada,” sapanya to the point. Bianca merengut. Kau meninggalkannya dengan luka dan datang seakan-akan tak bersalah. Seenaknya saja menganggapku penitipan, desahnya dalam hati. Tatapan Bianca tidak begitu welcome, dan Ivana seakan tahu gadis itu tidak suka kehadirannya. Lihat saja Bianca, perjuanganmu sebagai manusia akan sia-sia dan kau akan menjadi lebah seumur hidupmu, melayani aku! Hati Ivana berbisik. Bianca merasa foto itu dan Ivana yang ini berbeda. Mata Ivana di foto itu cokelat tua. Bukan hijau tua. Kecurigaan Bianca bertambah.“Ivana, I miss you!” sapa Oliver dari jauh. Mereka berangkulan. Bianca diam dengan perasaan cemburu dan marah. Ia berlari ke kamarnya. Oliver melihat Bianca yang terlihat marah. Ia heran melihat cara berlari Bianca yang begitu cepat seperti terbang. Apakah ia juga...? Ah tidak, Ver, tidak mungkin.“Oliver, ayo kita pergi ke Mall. Ada sale besar-besaran lho!” bujuknya.“Iya, iya,” ia mengiyakan, “Bianca! Tolong jaga rumah ya!” teriaknya. Mereka berdua pergi. Ivana yang menyetir mobil. Namun Oliver merasa ada yang janggal dengan Ivana yang ini. Matanya hijau tua! Lalu, ke mana ia pergi? Sepertinya ini arah menuju pinggir kota. Bukan menuju mall!“IVANA! KE MANA KITA?” teriak Oliver.“Lihat saja sendiri,” ujar Ivana, “tempat asalmu!” tawanya licik. Oliver mengenali tempat itu. Pinggiran pantai dengan hutan. Tempat di mana ia dijatuhkan dari negeri Lebah.“Kau bukan Ivana,” tukas Oliver.“Memang, makanya aku tidak bermata cokelat.”“Lalu, siapa kau?”“Aku? Aku yang merubahmu jadi manusia!” tawanya. Tiba-tiba sekujur tubuh Ivana berubah menjadi wanita berjubah gelap. Oliver mengenalinya sebagai Ratu Kegelapan Lebah.“KAU! Ratu yang licik. Mengubahku menjadi manusia, menyisakan sengatan lebah, menjadi lelaki yang menggoda Ivana. Berarti sekarang kau mengulangi itu. Kau menggodaku agar meninggalkan Bianca!” teriak Oliver memberontak. Ia memukul punggung Ratu dan keluar dari mobil. Namun hutan merapat dan Oliver tidak bisa pulang ke kota. Matanya memburam dan ia merasa mengantuk. Iapun tidur di tengah keganjilan hutan.***Bianca mencari-cari Oliver di kerumunan kota. Malam itu tidak menemukan Oliver. Bianca kembali ke rumah dengan kecewa. Ke mana Oliver dan Ivana? Ia mendesah. Pagi ini hati Bianca sesak mengetahui ini adalah jam-jam terakhir sebelum kepergiannya. Ia masuk ke kamarnya, menikmati sisa hidup paling bahagianya di dunia manusia yang bukan dunianya.***Oliver terbangun jam 10 siang. Hoammm! Ngantuk sekali ia. Dilihatnya hutan yang normal, tanpa ada Ratu Kegelapan di sebelahnya. Dengan perasaan lega, ia mengendarai mobil ke rumahnya. Perjalanan melewati hutan sangat sulit menggunakan mobil. Ia turun dan menyadari bahwa larinya lebih cepat dari mobil sebab ia berasal dari Negeri Lebah.Namun saat ia mencoba berlari cepat, kemampuan itu tidak ada lagi. Saat ia mencoba melubangi kursi mobil dengan sengatan transparannya, tidak ada juga bekasnya. Aku telah menemukan cinta sejatiku. Kalau Ivana yang kemarin palsu, berarti Bianca-lah cinta sejatiku.Maka ia berjalan menyusuri gelapnya hutan. Ia melirik jam. Sudah tiga jam ia berjalan. Sekarang jam satu siang. Ia sangat merindukan tawa ceria Bianca dan berlari sebisanya menuju daerah perkotaan. Akhirnya sampailah ia pada jam dua siang. Ia menerobos masuk rumah dengan terengah-engah lelah.Oliver ingin menemui Bianca dan berdiri di depan pintu kamarnya bersiap mengetuk. Saat tangannya hendak mengetuk, didengarnya doa Bianca. Ia menguping. “Ya Tuhan, hari ini adalah hari yang paling menyenangkan, membahagiakan sekaligus menyedihkan. Masa kehidupanku sebagai manusia usai sudah dan aku akan mengabdi pada Ratu Kegelapan. Aku tahu tindakanku ini salah, merubah diri menjadi manusia. Tapi hal ini kulakukan terpaksa demi cintaku yang sangat besar pada Oliver, seorang manusia. Aku senang punya pengalaman untuk menjadi manusia. Tapi dua jam lagi aku akan pergi ke pantai dan diangkat ke atas. Aku takkan bisa merasakan kamar ini dan memiliki kedua tangan untuk berdoa. Tuhan tolong jaga Oliver agar ia bisa hidup bahagia dengan Ivana sebagai manusia. Terima kasih Tuhan,” ia menutup doanya.Oliver terkejut setengah mati dan dunia seakan berputar kembali. Ia pingsan di lantai. Bianca terhenyak. Bunyi apakah itu? Ia melihat tubuh Oliver yang lunglai di depan kamarnya. Oliver mendengar doaku! Bagaimana ini? Bianca segera menulis surat dan ia pun pergi dengan kakinya.***AC di ruangan Oliver bocor. Salah satu airnya mengenai kelopak matanya. Ia mengerjap-ngerjap siuman. Dilihatnya amplop putih di dadanya dan membaca isinya. Aku pergi ke pinggiran pantai. Maafkan aku telah membohongimu, Ver. Aku sayang padamu. Jam empat aku pergi. Jangan cari aku karena aku tidak pantas untukmu. Oliver tidak menghiraukan peringatan Bianca dan ia berlari mengejarnya menuju hutan. Mengetahui ia tak cukup kuat berlari kencang, ia menggunakan motor kecil yang bisa menyusup di tengah rapatnya batang pohon. Jam tiga lebih lima belas menit! Ia mempercepat laju motornya. Kalau saja pada hari keenam ia dibawa pergi sampai pagi, tak begini jadinya. Licik.***Bianca duduk di tepi pantai. Gelombang di laut biru jernih bergerak-gerak membasahi kaki telanjangnya. Ia tidak lari dengan cepat lagi, makanya ia menggunakan mobil yang ada di tengah perjalanan walau susah menyusup di hutan. Langit masih biru dan berawan. Belum ada tanda-tanda ia dijemput. Di tengah laut, muncullah Ratu Kegelapan Lebah dengan jubah hitamnya. Ia berjalan di atas air dan mendekati Bianca.“Poor little Bianca. Kasihan sekali kau, tidak dapat menaklukkannya!” tawanya keras. Bianca tiba-tiba melihat sesuatu. Mata Ratu itu hijau tua dan sendu. Itu mata yang waktu itu ia lihat di diri Ivana. Ia yakin Ratu Kegelapan mengelabui Oliver.“Kau licik sekali, Ratu. Kau menjelma menjadi Ivana dan mengalahkan aku. Tidak bersaing sehat,” ucap Bianca pucat.“Kenyataannya Oliver masih mencintai Ivana kan? Sejujurnya, ia ke dunia manusia untuk mengejar cintanya pada Ivana.”“APA? Lalu sebenarnya siapa ia?”“Lebah, sama sepertimu. Ia sudah mencintaimu, namun kau kabur. Bodoh!” ejek Ratu. Bianca menyesal. Kalau saja ia tidak kabur. Langit biru terbuka perlahan. Ia menangis. Perih hatinya.“Sudah tiba waktumu, Bi.”“TIDAK!” teriak suara laki-laki. OLIVER!“Oliver!” sambut Bianca, “aku mencintaimu!” ia memeluk Oliver.“Aku juga, Bianca. Aku seekor lebah. Dengar, jangan pernah pergi dariku lagi. Kau adalah matahari dalam hidupku. Kau cinta sejatiku hingga sengatan lebahku hilang!” kata Oliver. Ratu tampak sangat marah. Saat Ratu hendak menyemburkan api dari mulutnya, Mereka seakan dilindungi bola tebal berwarna merah. Cinta. Cinta yang menangkis segalanya. Cinta mereka begitu kuat dan menerjang balik Ratu. Ratu pun hancur dan tenggelam ditelan laut. Sebagai gantinya, seorang peri cantik datang.“Terima kasih telah menyelamatkanku, aku terperangkap di tongkat sihir Ratu Kegelapan. Sekarang, apa keinginan kalian?”“Aku hanya ingin menjadi lebah lagi karena menjadi manusia penuh perjuangan,” ujar Bianca, “dengan Oliver,” katanya. Oliver mengangguk setuju. Dalam sekejap, barisan bintang membawa mereka ke dunia lebah.***Oliver dielu-elukan masyarakat lebah. Ia mendapatkan kembali tahta kerajaannya dan menjadi lebah madu. Hanya mereka yang bersayap emas dengan permata di ujung sengatan lebah mereka masing-masing. Mereka tidak lagi terkucilkan dan Raja bangga pada puteranya. Oliver memerintah kerajaan dengan bijaksana didampingi seorang istri yang bijak, Bianca.“Bi,” desah Oliver, “kalau cinta kita terlambat saat itu, aku takkan mau hidup lagi. Tak ada wanita yang kucintai sepertimu.”“Aku juga mencintaimu, Ver,” kata Bianca, “bila cinta terlambat, penyesalan tidak akan ada akhirnya,” tambah Bianca. Mereka sangat bersyukur memiliki suatu pelajaran untuk tidak terlambat dalam segala sesuatu apalagi cinta, karena cinta sejati hanya satu di dunia.
_____________________________THE END__________________________

Bintang Jatuh

''Saat melihat..bintang jatuh..tutuplah matamu..dan ucapkan permohonan di hatimu'' Chapter 1 DEJAVU Aq melamun..mataku menerawang ke luar cendela..sambil sesekali melihat jam tangan..wktu menunjukan pukul setengah 5 ..,bntar lg ya..pikirku..,kelas kimia ini bnar2 membosankan untuku...,q tdak hbis pkir,mata pelajaran yg rumit seperti ini...di ajarkan di jam terahir di saat..siswa2 sudah lelah, Aq menatap seluruh ruangan kelas....aq mengamati gerak gerik gerik temanku...dan aq merasa pernah mengalami situasi ini,suasana ini..apakah ini yg d sebut dejavu....,seharian ini aq mengalami bnyak skali dejavu...,hari yg aneh...mungkn krna aq trlalu capek.. Kring kring...trdengar suara bel berbunyi..menandakan sudah jam 5 sore dan berarti sudah waktunya pulang..aq bergegas keluar kelas....ada se2orang yg harus q datangi.,.dngan sdkt brlari aq sampai jg di dpan kelasnya...di dpan pntu kelas terlihat perempuan memakai syal biru..dan tas biru...,dngan wajah tersenyum dy memanggl namaku...,dia adalah pcarku..Sayaka.. ''Hei Fuji kun,..ikut aq..''kata Sayaka sambil menggandeng tanganku... Aq mengikutanya tanpa bertanya...dy terus menggemgam erat tanganku.... Akhrnya aq sadar..Sayaka mengajakq ke atas gedung sekolah..... ''kenapa kesini''tanyaku penasaran... ''ada yg ingin q perlhatkan ke fuji kun''jawab Sayaka sambl memandangku dengan senyum dibibirnya ''apa yang ingin Sayaka perlihatkan?'jawbku tambh pnasaran... ''rahasia...sekitar 1 jam lg pasti tahu''sahutnya ''wah dasar..1 jam lg msh lama...tp oke..kita tunggu disini''jawbku sambil memegang kepalanya.. Kami berdua..saling ngobrol dengan d selingi tawa....,menrtku Sayaka..tidak cntik...tp ada sesuatu hal yg menarik buatku..mungkin saja senyumnya...dengan memiliki mata yang cenderung lebar...dan bola mata yg hitam bening....aq merasa..dia memang benar2 pilihanku.... Tidak terasa jam tanganku menunjukan...pukul 6 tepat..dan hari pun mulai gelap.... ''Udah satu jam...apa sih yg ingin Sayaka perlihatkan?'tanyaku tidak sabar ''tidak ada''jawbnya lirih tanpa melihat ke arahku... ''loh maksdnya.??'tanyaku bingung.. ''tidak adil ya..selama ini hanya aq yg bsa ingat dan mrasakanya'jwbnya dngan pelan Aq terdiam...aq tidak mengerti maksud dy...dan aq menunggu dy untk brbicara lg... ''selama ini apa fuji kun merasa tdak ada yg slah?tidak adil..sudah 5 tahun..sejak kita melakukanya..!!'jawb sayaka..smbl air matanya mulai keluar ''melakukan apa?.aq tdak mengerti..??'jawbku kebingungan.. ''sudahlah..lupakan..,mungkn gara2 aq yg meminta permohonanya..jd hanya aq yg bsa mrasakan dan mengingatnya?jawbnya Sayaka sambl trsnyum,mskpn smbil menangis... Aq memandang wajahnya...aq tetap tidak mengerti apa yg di katakanya... Di saat q trdiam memandang wajahnya...dia mengucapkan sesuatu ''15 januari '',ucap dy pelan ''aq mrasa sdih...hanya aq sndri yg tau dan menyadarinya..''tambahnya lagi.. Terus terang aq tetap tidak mengerti apa yg di ktakanya..tapi..aq mrasakannya lg...suasana ini dan moment ini terasa tidak asing untukq...sepertinya aq pernah mengalaminya.....DEJAVU Chapter 2 Permohonan Aku menggemgam tanganya...dy menatapku..kami saling berpandangan dan saling tersenyum..aku memalingkan wajahku ke langit..aku melihat suatu cahaya yang bergerak, aku tau..itu bintang jatuh...kata orang, saat ada bintang jatuh,kita harus cepat2 menutup mata sambil..meminta permohonan di hati.., aku pun langsung menutup mataku dan mengucapkan prmhonan di hatiku.. ''kalaupun ini sebuah perpisahan..aq ingin hari ini bsa selalu terulang kembali'' Side Chapter Aku bisa melihat mereka! Namaku koichi,,,aku umur 17 tahun,,,aku salah salah satu siswa Smu di salah satu sekolah swasta di kota ku,,Kyoto,,mungkin aku trlihat biasa saja.dan normal..tapi aku punya hal yang tidak dimiliiki orang lain,,"aku bisa melihatnya" Saat itu aku masih umur 7 tahun,,aku menghadiri pemakaman nenekku,,yang meninggal karna sudah terlalu tua,,,setelah pemakaman selesai,,kami sekeluarga berkumpul di rumah nenek,,di tengah kesediahan anak2nya termasuk ibuku,,aku melihat sesosok orang tua,,yang tidak asing untuku,,aku melihat nenek ku sedang melihat kami,,what the hell,,,. Sejak saat itu aku sadar,,aku bisa melihat sesuatu hal yang tidak bisa di lihat orang lain,,,apakah ini yang disebut hantu,, aku sering melihat hantu di telivisi, tapi aku sekarang bisa melihat nya langsung,,tapi pengambaran mereka di film2,sangat jauh dengan yang sering kulihat,,di film2 merka menakuti orang bahkan membunuh untuk balas dendam,,,tpi yang kulihat sekarang sangat jauh berbeda,,,mereka bahkan tidak bisa melihat kita,mereka tidak bisa merasakan keberadaan kita,tapi ada bebrapa kasus,,merka bisa melihat kita,,kasus pertama saat peristiwa nenekku yang bisa melihat kami sekeluarga,,yang ke dua, almarhum seorang ibu tamanku smp,,saat itu aku sebenarnya tidak sadar kalau ibu itu salah satu dari mereka,,saat aku bertanya kepada temanku,,apakah wanita yang memndangimu kamu di depan pintu kelas itu ibumu,,tapi dia kebingungan,,dia mengatakan kalau ibunya suda meninggal..aku tidak membahasnya lagi,,aku hanya diam,,,kenapa bisa melihat ,,,? aku berpikir apakah hanya antar keluarga saja?..tapi pemikiranku salah,,aku banyak melihat mereka juga tidak bisa melihat keluarganya sendiri,,jadi apa yang membedakan? ,tapi sejauh ini kebnyakan aku melihat mereka hanya sendiri,,tidak pernah mersakan kehadiran ku maupun orang lain,,selain itu mereka bahkann tidak bisa saling melihat,,,iya mereka seperti berbeda dimensi,,satu sama lain tidak menyadari keberadaan masing2...tapi lagi2 argumen ini salah.....cerita ini terjadi saat aku masih sma kelas 1.. Hari itu,,seperti hari2 biasanya,,tapi ada hal yang menarik perhatianku,,aku mlihat salah satu dari mereka, seorang lelaki, seprti berbicara sendiri,,tertawa dan becanda,,tapi aku tidak bisa melihat siapa lawan bicaranya,,bahkan saat istirahat ,dia juga kekantin ,aku mengamatinya baru kali ini aku melihat sesuatu itu seperti berinteraksi dengan sesuatu,,apakah,,dia mengulang semasa hidupnya,,bisa saja,,tapi anehnya hari hari sebelumnya di sekolah tidak pernah aku melihatnya,,tiba2 dia bernjak dari tempat duduknya dia berjalan dan aku pun mengikutinya,,dia ternyata masuk ke kels 3 B,,ternyata klas 3 pikirku,,,bel masuk pun berbunyi akupun masuk ke kelas,,di dalam kelas aku tidak bisa berkosentrasi,,dengan apa yang kulihat tadi,,tidak sabar menunggu bel pulang berbunyi dan melihat nya lagi,, Bel pulang pun berbunyi, aku cepat,,keluar kelas,,,dan menuju kelas 3B,,terlihat siswa berhamburan keluar,,aku menengok lwat cendela,,aku melihat dia duduk di bangku paling belakang dekat cendela,,sambil melamun sesekali melihat jam tangannya,,kelihatn dia gelisah menunggu sesuatu,,seperti menunggu bel pulang sekolah,,aku menunggu bebrapa menit dan tiba2 dia sedikit terhenyak,,dan dia kelihatan terburu buru keluar kelas,,aku mengikutinya dengan sedikit berlari,,karna dia juga berlari kecil,,tiba2 dia berhenti di kelas 2A,,dan aku melihat seorang perempuan,,memakai syal biru dilehernya,,dan aku melihat permpuan itu menyapa lelaki itu..What?aku bingung apakah perempuan itu sama seprti aku,,aku mnyapanya tapi dia tidak merespon,,dia tidak merasakan keberadaanku..bahkan dia juga kelihatan menyapa seseorang dan lagi2 aku tidak bisa melihat yang disapa,sudah pasti permpuan itu jg salah satu dari mereka,apakah ini seperti pengulanngan di kehidupan mereka,,aku tidak tahu,,dan hal yang membingungkan seperti ini,,benar2 tidak pernah ku alami,,perempuan dan lelaki ini saling merspon,,dan menyadari keberadaan masing2,,.tiba2 perempuan itu menggandeng lelaki itu,,dan mengajaknya berjalan,,,aku mengikuti mereka,,dan ternyata mereka menuju ke atas gedung sekolah,,aku mengamati mereka dan mendengarkan pembicaraan mereka,,lewat pembicaraan mereka aku menjadi tahu nama merka..yang cewek Sayaka,,yang laki2 Fuji,,,,.aku mengikuti pembicaraan mereka sampai jam 6,,meskipun terkesan menemani orang pacaran hehehe,,tapi ku masih pensaran tentang mereka,,tiba2 yang permpuan menangis sambil berkata,,,hal yang tidak begitu ku mengerti,,"apa kamu tidak sadar,,semua ini pernah terjadi,,kenap,,,a hanya aku yang sadar,,",kata si permpuan sambil menangis,,si laki2 kelihatan kebingungan dan bertanya,,tapi yang cewek tidak menjawabya dengan jelas,,,di tengah perbincangan serius ini tiba2 merka hilang,,,aku lansung melihat jam tanganku,,jam 6 lewat seperempat..apa yang sebenarnya terjadi..?aku pulang dengan keaadan masih kebingungan peristiwa yang tidak pernah kualami,,,aku seperti melihat sesuatu yang masih punya kehidupan,,,aku melihat mereka menyadari keberadaan satu sama lain......... Keesokan harinya aku tidak melihat mereka lagi,,,hari demi hari ku tunggu,,tapi aku tidak pernah melihat mereka lagi,,tapi setalah peristiwa itu mulai aku lupakan..tepat setelah aku menginjak bangku kelas 2 sma..aku melihat lelaki itu lagi,,aku langsung buru2 melihat kelender di hp ku,,15 januari 2010,,,aku sengaja tidak mengikuti tingkah laku dia lagi,,karna trlihat sama dengan yang kulihat setahun yang lalu,,tapi setelah pulang sekolah aku langsung menuju ke atas gedung sekolah..disana aku melihat perbincangan mereka lagi,,tapi ini sangat berbeda,,perkataan si cewek,,berbeda dengan tahun lalu,,tapi si cowok sama seperti tahun lalu,,seprtinya aku tidak melihat pengulangan di diri sang cewek,,tidak seperti aku melihat hal yang sama di diri si lelaki,,dan lagi2 aku mendengar kata,,tidak adil, hanya aku yang menyadarinya,,aku berpikir sebentar,,apakah yang di maksud si cewek dia sadar,,bahwa hari yang dlialuinya ini pernah dia alami,,.?kenapa hanya yang cewek yang sadar?,,waktu menunjukan pukul 6..dan aku sadar sebntar lagi mereka akan hilang seperti tahun lalu,,tp yang ku pertannyakan adalah kenapa mereka menhilang jam 6 lewat sperempat,,apakah waktu itu waktu kematian mereka?dan kenapa bisa bersamaan menghilang?Pakah mereka meninggal bersaaman?..aku tidak bisa menjawabnya... Begiitulah ceritaku,,hari ini tanggal 14 oktober 2011..dan berarti aku besok akan melihat mereka lagi,,,aku merasa seperti akrab dengan mereka berduawalaupun aku tidak pernah mengenal secara langsung..aku merasa mereka berdua masih sesuatu yang nyata,,,aku berpikir,,mskipun mereka berdua sbenanya sudah tidak ada..tapi bagaimanapun juga mereka dulu pernah hidup..pernah punya teman..pernah tertawa..pernah menangis...pernah punya cerita, aku tidak tahu, kapan meninggalnya dan penyebabnya...dan aku tidak akan mencari tahu hall itu...,karna aku menghormati mereka,, sekarang aku tahu jawaban sesuatu yang membuatku bingung selama ini..sesuatu yang membuat perbedaan di antara mereka,,di sisi lain aku melihat,,mereka tidak pernah melihat satu sama lain, bisa di katakan tidak menyadari keberadaan masing2, disisi lain mereka ada yang menyadari keberaadaan seorang manusia yang masih hidup..disisi lain jg, bahkan ada yang menydari keberadaan masing2 seperti kasus yang kullihat setiap 15 januari ini...,dan aku tahu sekarang apa yang membedakanya,...merka memliki cinta yang kuat....di kehidupan, mereka memliki cinta,,cinta seorang nenek kepada anak dan cucunya,cinta seorang ibu kepada anaknya, cinta sepasang kekasih...,aku banyak mendengar..tentang istilah maut pun tidak akan bisa memisahkan cinta kita...dulu bagiku ungkapan itu membuatku jijik..sesuatu yang berlebihan,,kalau di indonesia istilahnya..lebay gitu hehe,,tapi sekarang ,bagiku istilah itu sebenrnya sesuatu yang tidak berlebihan..manusia tidak bisa lepas dari cinta...semuanya punya cinta di hatinya...dan cinta di hati manusia itu sangat kuat...bahkan kematianpun tidak bisa menghapus cinta di hati manusia.....
Tamat

Untuk Mama

Namaku Karina Destyana. Aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Aku mempunyai adek bernama Safika Narwastu. kami sekolah di SMPN 1. Aku duduk dibangku kelas IX, sedangkan adek ku duduk di bangku kelas VIII. Aku mempunyai seorang papa dan mama yang sangat baik. Aku dan adek ku sangat menyayangi ayah dan ibu.papaku bekerja di suatu perusahan yang terkenal di Indonesia. Sedangkan mamaku adalah ibu rumah tangga. Kami adalah keluarga yang harmonis. Selalu ada canda dan tawa di kehidupan keluargaku.Sampai suatu hari, saat mama sedang memasak di dapur..Pranggg…..“suara apa itu Fik?”“adek nggak tau kak. Coba kita tengok ibu di dapur.”Saat itu, aku dan adek ku sedang berada di ruang keluarga. Aku sedang mengerjakan tugas sekolah, sedangkan Fika sedang asyik membaca komik.Kami memutuskan untuk bergegas ke dapur. Namun.“mamaaaa??” teriak Fika. Ternyata mama sedang tak sadarkan diri. Piring yang dipegangnya terlepas dan jatuh pecah.“mama? Mama bangun mah! Bangun mah!” aku menggoncangkan tubuh mama. Tapi mama tak kunjung bangun.Ahkirnya aku memutuskan untuk menelepon papa. Dan papa menyuruhku untuk segera membawa mama ke rumah sakit. Papa akan segera menyusul. @hospitalMama segera dilarikan ke UGD. Aku dan Fika tak boleh ikut masuk. Ahkirnya, kami hanya menunggu diluar ruangan. Fika menangis, aku tak tau harus berbuat apa.“sudahlah dek! Jangan nangis terus!” ujarku sambil membelai rambut Fika“tapi kak. Fika takut mama kenapa-napa. Hiks”“Fika. Pandang mata kakak!” Fika pun megikuti perintahku.“percaya sama kakak mama akan baik-baik saja!” aku berusaha meyakinkan Fika.“iya kak. Aku percaya :)” ahkirnya Fika tak menangis lagi.Aku melihat papa berlari mendekati kami.“papa” panggilku.“Karin, Fika” kata papa sambil mendekat kea rah kami.“bagaimana keadaan mama?” ketika papa bertanya. Dokter yang menangani mama keluar dari ruangan.“dok. Bagaimana keadaan istri saya?”“bagaimana keadaan mama saya?”“maaf. istri bapak tidak dapat teselamatkan. beliau terserang penyakit jantung dadakan. Saya harap kalian dapat menerimanya.” Jelas dokter, lalu mempersilahkan kami masuk ke dalam.Aku melihat mama terbujur kaku. Perasaanku berkecambuk tak karuan. Mataku mulai panas karena menahan air mata. Aku berusaha keras untuk tidak menangis. Namun semakin ku menahan air mata ini, semakin rasanya aku ingin menangis sekeras mungkin.Gagal! Air mataku tumpah. Aku menangis bersama dengan adek dan papaku. Kami menangis sesegukan. Yang membuatku lebih sedih lagi. Esok hari, umur mama bertambah satu. Namun pada saat mama akan merayakan hari bahagianya, justru Ia meninggalkan kami untuk selamanya. Hari ini aku dan Fika tidak masuk sekolah. karena, mama akan dimakamkan pagi ini. Papa sudah lebih tenang dari pada kemarin. Aku dan papa pun berusaha untuk lebih tegar menghadapi semua ini. Namun aku sedih melihat Fika yang tak henti-hentinya menangisi mama. ~~~~~Acara pemakaman mama belum dimulai. Aku duduk di taman rumah sambil termenung.“Karin” ada yang memanggilku.Aku menengok ke arah datangnya suara. Aku melihat Tasya berjalan ke arahku diikuti teman-teman sekelas dan wali kelasku. Aku pun tersenyum melihat mereka semua.“Karin yang tabah ya? Jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Pasti ibumu sudah diberikan oleh Tuhan tempat yang terbaik.” Kata bu Siska wali kelasku.Aku hanya mengangguk dan tersenyum.“yasudah. Ibu mau ketemu dengan ayahmu. Ibu ke depan dulu.”“baik bu. Terimakasih banyak.” Bu Siska meninggalkan aku dan teman-teman di taman belakang rumah.“Rin. Kita semua turut berdukacita atas kepergian mama mu. Kamu tetep smangat ya? Tetep jadi Karin yang seperti biasa.” Kata Tasya“jangan larut dalam kesedihan!” sambung Ikhsan“tetep ceria dan tersenyum!” Ika pun ikut menyambung“kalok mau curhat. Telinga kita siap untuk mendengarkan.” Rio menyambung juga“karena, kita semua adalah keluarga” teman sekelasku serempak mengatakannya.“iya temen-temen. makasih banyak ya? Aku akan jadi Karin yang seperti biasa dan tak akan larut dalam kesedihan.” Kataku pada mereka sambil tersenyum.“sib” jawab mereka serempak. @tempat pemakamanMama akan segera dikuburkan. Fika masih menangis. Ayah membantu untuk menguburkan jasad mama.“tunggu sebentar! Jangan dikuburkan dulu!” triakku sambil berlari mendekat sambil membawa gitarku.“aku ingin mempersembahakan sesuatu untuk mama.”“baiklah nak.” Kata papa“hari ini adalah hari ulang tahun mama. Aku ingin memberi kado untuk mama. Aku ingin bernyanyi untuk mama sebelum mama dikuburkan.” JelaskuAku segera duduk di tanah dan mulai memetik gitar sambil bernyanyi. Apa yang kuberikan untuk mama,Untuk mama…Tersayang… Tak ku miliki sesuatu berharga,Untuk mama..Tercinta.. Hanya ini,Kunyanyikan..Senandung hari hatiku untuk mama.. Hanya sebuah,Lagu sederhana..Lagu cintaku untuk mama.. Namun tak dapat slalu ku ungkapkan,Kata cintaku,Tuk mama.. Namun dengarlah hatiku berkata,Sungguhku sayang,Padamu mama… Ohh… hanya ini,Ku nyanyikan…Senandung dari hatiku untuk mama.. Hanya sebuah,Lagu sederhana..Lagu cintaku untuk… ma…. Ma……. J Prokkk… prokk.. prokk…Setelah aku selesai bernyanyi. Semua orang bertepuk tangan.“terima kasih sayang. Pasti mama senang mendengar kamu bernyanyi.” Kata papa lalu mencium keningku.“kakak.. bagus banget.” Puji Fika“makasih dek J” “eh, sejak kapan kamu berhenti nangis?” tanyaku heran. Maklum, dari kemarin kan Fika nangis terus sampek tadi ke tempat pemakaman.“waktu kakak nyanyi. Aku nggak nangis lagi. Hehehe”“udah bisa ketawa juga?”“udah dong kak. Hehe”“kok bisa?”“bisalah kak. Uda kak Tanya-tanyanya! Mama udah mau dikuburkan.”“yaya. Tapi ntar di rumah certain ya?”“siap bos kakak!”“hehehe” kami pun tertawa Suasana hening saat mama mulai dikuburkan. Mataku pun mulai berkaca-kaca. Fika mulai menangis. Aku memeluk Fika.. Setelah mama dikuburkan. Satu persatu orang yang hadir dalam pemakaman mama pun pulang.“mama. Kenapa mama pergi secepat ini? Karin sedih mah!” kataku ke gundukan tanah sambil meneteskan air mata.“mah. Siapa yang akan dengerin keluh kesah Karin?” aku menghapus air mataku.“mah. Karin bakal kangen banget sama mama. Kangen senyum mama, suara mama, masakan mama, dan semua yang ada pada diri mama!”“Karin. Ayo kita pulang sekarang!” ajak papa“baik pah.”“mah.. Karin, papa dan Fika pulang dulu ya? Kalok ada waktu, Karin pasti akan ke sini. Dah mama I LOVE YOU MOM.” Setelah aku mengucapkan kata terahkirku. Aku, papa dan Fika menuju ke mobil untuk pulang. ‘anak ku. Terimakasih atas lagu yang kamu nyanyikan. Mama bahagia sekali. Mama menikmati lagu itu. mama akan selalu ada dihatimu nak! Jaga papa dan Fika. Mama sayang sama kalian semua’“mama?”“Kakak! Bangun! Jangan ngigau! Udah siang nih.” Kata Fika menggoncang tubuhku.“ii..iya Fik” aku mengucek mataku dan bangun dari tidurku.‘ternyata hanya mimpi’ batinku dalam hati. Aku merasa sangat lega.
TAMAT

teman tapi musuh

yanti,eka,ina,dan rizki teman dekat,,sat hari yanti crhat pada eka,"ka,gw ska ni sama putra,tapi apa yang hars gw skain yha sama putra?padahal kan dia biasa-biasa aja," kata yanti." yaelah cinta kan gag mandan yan.." jawab eka (keesokan hari saat istirahat,eka,yanti,rizki ,dan ina jajan breng)"eh ka, kayaknya si putra suka deh sama lo?!" kata yanti,"oh" sahut eka kembali,"kalo dia nembak lo, treima aja ya ka" kata yanti kembali,eka tak menjawab , alhasil,ternyata malemnya si putra bner-bener nembak si eka, eka pn menerimanya dengan berat hati,disisis lain dia takt kalo yanti teman dekatnya tah, tetapi sebenarnya eka juga selama ini menyukai putra,semingg berlalu ,tak ada yang tahu kalau eka dan putra jadian,minggu berikutnya yanti tahu, dan mungkin perasaannya hancur banget,dan hbungan eka dengan putra berjalan hampir satu tahun,sampai akhirnya mereka putus dan putra jadian sama yanti,,,
the end.....................

Semarak Bulan Purnama

Malam yang indah mengingatkanku dengan kejadian yang membahagiakan hari ini, membawa pikiranku terbang tinggi melayang mengalahkan bintang-bintang di langit. Sekilas senyumnya hadir bersama kelip bintang-bintang itu. Indahya tak bisa kuungkapkan. Selesai rapat Osis tadi, tiba-tiba Dendy mengajakku untuk datang ke Pensi yang akan diadakan tiga hari lagi. Dan tentu saja aku menerimanya. Aku membayangkan betapa kagumnya teman-teman saat melihat aku datang ke Pensi bersama Sang Ketua Osis yang sangat di kagumi. Tidak lama kemudian, mama mengetuk pintu kamar dan menghilangkan semua khayalanku. “sayang,, ada telepon dari Resti.” Kata mama sambil memberikan telepon kepadaku. Resti adalah sahabatku yang paling baik dan setia. “Halo?” kata Resti. “Hy. Ada apa Res?” “Besok kamu ada acara tidak? Tadi aku SMS ke Hp kamu tapi ngga di bales, makanya aku telp ke rumah. ” ucapnya. “Sepertinya tidak ada. Hpnya lowbat, jadi aku matiin. Maaf ya!” “Kamu temenin aku cari baju untuk Pensi nanti ya!! Mau ngga?” pintanya dengan penuh harap. “Iya. Iya. Kamu kenapa ngga di sekolah saja ngomongnya?” Tanyaku.” Seperti tidak ada hari esok saja.” Benakku. “Besok aku ngga sekolah. Banyak sekali tugas dan aku belum mengerjakannya, jadi dengan senang hati aku tidak masuk. Pulang sekolah kamu langsung ke rumah ya!” “Kamu ini, ngga pernah berubah. Oke, sepulang sekolah aku ke rumahmu.” Resti pun segera mengakhiri teleponnya dan setelah mengembalikan telepon ketempatnya, aku bergegas untuk tidur. ****** Hari ini aku tidak melihat Dendy, padahal aku berharap sekali untuk bertemu dengannya, dan dia memastikan untuk datang bersamaku nanti. Sampai jam pulang sekolah pun aku tidak melihatnya. Ingin bertanya kepada teman sekelasnya, namun aku malu. Setelah menemani Resti memilih gaun di butik langganannya, aku merasa sangat lelah dan memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Sebenarnya aku ingin membeli gaun yang baru, tetapi mama sudah menyiapkan gaun miliknya yang sudah tidak di pakai lagi. Kata mama gaun itu adalah gaun yang pertama kali mama pakai ketika bertemu dengan papa. Semoga saja itu terjadi kepadaku jika aku memakainya. ****** Keesokkan harinya, Dendy menghampiriku di kantin ketika aku sedang menunggu somay yang sudah di pesan oleh Resti. Dan dia bertanya tentang Pensi malam ini. Spontan teman-teman yang berada di kantin terpaku melihat ke meja tempat kami duduk. Aku merasa ini semua seperti the-javu. Tapi ini bukan the-javu, ini khayalanku kemarin saat berharap bertemu dengannya. Dia bertanya dengan harap-harap cemas dan sedikit malu karena tatapan teman-teman yang lainnya. “Iya”Kataku sambil tersenyum. Senangnya dalam hati..****** Ketika aku ingin tidur siang, Mama masuk ke kamarku dan memberikan gaun hitam dengan gaya retro modern. Sangat indah dan cantik dibandingkan gaun yang aku lihat di butik kemarin. “Terima kasih mah” Ucapku sambil memeluknya. “Sama-sama sayang, kamu pasti akan terlihat lebih cantik dengan gaun ini.” Tidak sabar rasanya untuk segera memakai gaun itu ke Pensi. Tiba-tiba Hpku bergetar, ternyata ada sms dari Dendy. “Ngga sabar untuk ketemu kamu malam ini, aku ingin memberikan hadiah spesial untuk kamu. AISHITERU..” Aku membacanya sekali lagi untuk memastikan. Takut ini hanyalah mimpi belaka. Ya Tuhan,, jika ini hanya mimpi, maka jangan bangun aku dari mimpi ini. Kriiiing….kriiiing….kriiiing… Alarm berbunyi pukul 06.00, aku segera mandi dan memakai gaun yang mama berikan untukku. Setelah selesai berhias, aku menuju meja makan untuk makan malam. Tapi kenapa makanan yang aku makan terasa hambar?? Aku kembali ke kamar untuk memeriksa perlengkapan yang perlu aku bawa, ketika memeriksa Hp, aku melihat ada pesan dari Dendy. Ternyata SMS yang tadi bukan mimpi, karena aku membacanya saat terlelap tidur, jadi aku kira itu hanya mimpi dan aku belum membalas smsnya. Aku hanya membalas “ kamu bisa saja” send... Dendy keluar dari Honda jazz biru metaliknya. Dia terlihat keren sekali dengan kemeja putih dan jas yang di gantungkan pada lengannya. Dia pamit kepada Orang tuaku dan kami melesat menuju sekolah. Kami tidak banyak bicara, “Kamu cantik sekali malam ini” pujinya. Terkesan hanya sekedar basa-basi. Namun membuat Jantungku berdegup kencang. Ini tidak seperti biasanya. Sesamapainya di sekolah, kami menandatangani buku peserta Pensi. Mereka memandang kami dengan senyum yang terlihat manis dan di buat-buat.Panitia Pensi ini sangat kretif karena mampu membuat Pensi ini terkesan informal walaupun diadakan di sekolah. Mereka mengadakan Pensi di saat Malam Bulan Purnama, jadi mereka memberi nama Pensi ini ‘SEMPURNA’ Semarak Malam Bulan Purnama.Di tengah acara, Dendy naik ke atas panggung untuk menyampaikan sambutan dari Ketua Osis. Aku tidak mendengar apa yang disampaikan Dendy di atas panggung, aku sibuk mencari Resti, katanya dia akan datang bersama Dzikra. Dimana dia??? Dendy mengajakku untuk melihat indahnya Bulan Purnama, kemudian dia menyatakan perasaannya kepadaku. Aku sungguh tidak menyangka bahwa dia SUKA kepadaku. Aku sangat senang sekali. Dia menceritakan pertama kali melihatku di Ruang Osis sedang menyiapkan data Kandidat Ketua Osis yang baru. Karena sering berinteraksi tentang masalah Osis di ruang rapat, dia menyimpan perasaan yang sama sekali tidak aku sadari. “Terima kasih Ndy sudah menyimpan perasaan itu untukku.” Ucapku dalam hati. Bulan purnama yang akan jadi saksi. Bersamaan dengan itu pula mengalun lagu yang berjudul Risalah Hati yang di bawakan oleh pengisi acara Pensi malam ini. Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku. meski kau tak cinta kepadaku.Beri sedikit waktu, biar cinta datang karna telah terbiasa.. ****** Semoga hubungan kami lancar dan sukses, selancar dan sesukses acara Pensi ini.
****** The End *********

Hari ketika kamu pergi

"Tinggalin mereka, oke?" kata Faris tajam menatapku. Aku balas menatapnya. Pedih. Air mataku belum kering." Nggak bisa Ris! Kamu tau sendiri kan? Mereka sahabat-sahabatku?" sebenarnya ini bukan pertanyaan. Ini pernyataan. Kuharap dia tahu, betapa aku menyayangi sahabatku, Diva, Fia dan Lisa."jadi keputusanmu gimana coba?" Dia duduk disampingku. Aku benci pertanyaan ini, karena tak dapat ku pungkiri aku memang nggak jago sama sekali dalam mengambil keputusan. "jawab dong!" Sahutnya putus apa. "Aku nggak tahu Ris! Mereka udah nyakitin aku! Tapi kalo kamu nyuruh aku ninggalin mereka, jujur aku nggak bisa. Aku ngerasa mereka itu benar-benar sahabatku!""siapa yang nyuruh? Tadi kan kamu tanya pendapatku, jadi aku jawab sebaiknya kamu ninggalin mereka. Yah, aku nggak ngerti sih jalan pikiran cewek, habisnya aku kan cowok. Tapi, walaupun aku cowok, aku ngerti kok kalo nangis itu nggak enak!" Faris meringis.Aku tersenyum lemah. Humor garing!"jadi gimana dong?" rengekku."ye. . . Nih anak tanya lagi" Faris memukul pelan pundakku "ntar ku jawab Tinggalin mereka, disalahin!" Faris menggerutu. Kini giliran aku yang meringis."yah. . . Sori deh! Jawabku manja "tapi kamu kan cowok, yah. . . Sejauh yang ku tau nih, pemikiran cowok kan bisa lebih realistis dari pemikiran cewek""oh yah?" cibirnyaIngatan tentang Faris lagi. Ingatan tentang dia lagi. Sudah berapa kali aku mencoba untuk melupakannya Tuhan? Tapi aku nggak bisa."dia sudah mati Na! Dia sudah mati" teriak Diva untuk kesekian kalinya saat aku bilang aku melihat Faris dua hari yang lalu di halaman SMAku."Tapi itu beneran dia! Itu Faris Div!" Ratapku saat itu."oh, ayolah Na, kita semua tahu dia udah nggak ada! Coba dong kamu ngertiin dia? Biarin deh dia tenang disana.""tapi yang aku lihat itu beneran Faris!""Na!" bentak Fia "oke Saina, siapapun yang kamu lihat kemarin itu bukan Faris, oke?""Nggak!" aku memandang mereka bertiga "kenapa sih kalian nggak pernah percaya sama aku?"Lisa mendekatiku "Nggak gitu Na, kami cuma takut. . .""Takut?" tanyaku. Lisa hampir menjawab tapi kemudiaan"udahlah Lis!" Fia menengahi. Dia memandangku "lagian kamu masih punya kita bertiga kan? Biarin Faris pergi toh kamu masih punya kita bertiga. Kita bisa jadi sahabat kayak dulu lagi. Dan okelah, lupain Faris. Biarin dia tenang"Aku memandang Fia nggak percaya. Tapi, bahkan mereka tak menangkap pandanganku itu. Mereka malah tersenyum seolah nggak ada apa-apa. Tersenyum setelah apa yang Fia katakan?"Aku nggak percaya kamu ngomong kayak gitu" teriakku. Senyum mereka bertiga menghilang. "bisa-bisanya kalian kayak gitu? Bisa-bisanya kamu mikir kayak gitu?" Aku menatap Fia "lupain Faris?" kutirukan ucapan Fia "nggak segampang itu tahu!" bentakku."habis gimana dong Na! Dia udah mati Na! Dan kamu nggak harus terpuruk dalam kehilangan layak gini dong! Kamu masih hidup dan kamu juga masih punya banyak teman yang masih hidup untuk menemanimu" Lisa yang bicara."teman?"aku menatapnya"teman?"aku menatapnya "FARIS SAHABATKU" "DAN KAMI JUGA SAHABATMU!" Diva berteriak padaku. "apa? Sahabat? Aku nggak salah denger?" Aku tertawa sinis " Udahlah Na, aku bosen liat reaksimu yang gitu mulu saat kita bilang sahabat. Kamu tuh berubah sejak kenal si Faris. Kenapa? Kalian berdua pacaran hah? Dan si Faris nyuci otakmu?" "FIA" Lisa menyahut. " kenapa Lis? Sudah saatnya Saina tahu apa yang selama ini kita rasain. Dia sudah berubah. Mungkin Faris udah nyuci otaknya, sampek kita nggak sedekat dulu lagi. Iya kan?" Fia menatapku "kamu pikir kita semua seneng gitu liat kamu kemana-mana sama si Faris? Kita semua tuh muak, bosen, males lihat dirimu yang sekarang! Ninggalin yang lama demi yang baru. . ." "nggak" jerit Diva. "nggak Na, kami nggak gitu. Aku nggak gitu" "bohong" teriak Fia lagi "kenapa? Takut sama Saina? Dia emang gitu kok. Dan kenyataannya kami udah nggak kenal kamu lagi" Teriak Fia padaku. Hanya padaku. Oh Tuhan. Aku hanya bisa diam, terlalu sulit untuk mencerna semua, untuk mengucapkan sepatah kata-pun. Aku shock! Kehilangan Faris sahabat terbaikku, dan sekarang? Aku telah salah mengenal ketiga orang yang dulu kupikir adalah sahabatku. Mereka buruk. "yah, mungkin kalian benar" kataku lirih. Aku tahu, air mataku mulai membasahi pipiku. "aku pernah berpikir betapa rendahnya aku? Betapa piciknya aku? Aku slalu pengen kembali, pada kalian. Tapi kalian nggak kasih aku kesempatan kan?" aku menangis. Benar-benar nangis. "Na, jangan nangis dong"Lisa menatapku prihatin. Entah itu beneran dari lubuk hatinya atau mungkin cuma topeng "udahlah, kenapa sih masih dibahas juga? Ini cuma masalah kecil!" "nggak! Aku nggak mau kayak gini lagi! Plis Lis, aku mau semuanya jelas, sekarang atau begini selamanya!" dan kemudian, entah kenapa Lisa nurut dan diam seribu bahasa. Aku mengambil duduk membelakangi mereka dan menatap jalan raya di taman kota dekat SMA-ku. "kalian pasti ingat betul sejak kapan menurut kalian aku menghindari kalian kan?" "saat ada si Faris kan?" celetuk Fia bosan. Aku menatapnya "Tepat. Sejak Faris pindah ke SMA kita" "Dan menghancurkan semuanya?" kali ini Diva yang berceletuk "Tepat! Dia benar-benar menghancurkan semuanya kan? Persahabatan kita" air mataku menetes "baru nyadar Na?" Lisa ikut-ikutan ngomong. "nggak. Udah lama kok! Faris datang kesini dan cuma aku satu-satunya orang yang dia kenal disini. Aku nganterin dia kesana-kemari dan dengan sinisnya kalian bilang aku seperti orang lupa daratan kan? "Tapi kami nggak. . ." "cukup Div, aku tahu. Aku dengar sendiri saat kalian bertiga bilang kayak gitu. Dan kalian tahu gimana perasaanku dengar kalian ngomong kayak gitu? Perasaanku hancur. Hancur sehancur-hancurnya. Sahabatku ngatain aku lupa daratan cuma karena aku ngebantu seseorang. Aku nggak tahu kenapa kalian begitu, dan saat ku tanya, kalian bertiga bersikap seolah nggak ada apa-apa "padahal aku tahu, kalian ada apa-apa. Kalian mengecapku dan Faris sebagai orang menyebalkan. Aku bingung, kenapa? Kenapa kalian begitu? Hingga akhirnya beberapa bulan yang lalu aku tahu alasannya" aku menghela napas. Ku pastikan jawabanku kali ini nggak akan membuat mereka bosan lagi."kalo kalian semua menyukainya?" kataku setengah berteriak. "apa maksudmu?" Teriak mereka bertiga serentak. Ku memandang jalan raya lagi. "jangan munafik" suaraku terdengar sinis sekarang "kalian semua menyukainya kan? Tapi kalian terlalu gengsi buat bilang kalo kalian suka sama dia" "siapa maksudmu?" suara Fia bergetar "kalian. Kalian semua. KALIAN BERTIGA" Teriakku. "Nggak!" cicit Lisa. "apa perlu ku tunjukin buktinya?" aku memandang Lisa. "gak mungkin kami suka sama cowokmu" Teriak Diva "DIA BUKAN COWOKKU" teriakku "LALU SIAPA? PACARMU?" Diva berteriak lagi. "itu yang aku benci dari kalian" aku berdiri "kalian nggak pernah tanya ke aku dulu sebelum kalian nge-judge aku! Asal kalian tahu ya! FARIS BUKAN PACARKU! DIA ANAK DARI SEPUPU PAPAKU, DAN AKU NGGAK PERNAH MENYUKAINYA! Kalian nggak tahu itu kan? Kupikir pindahnya Faris bakal asyik, aku bisa cerita ke kalian 'hey, aku punya sodara cakep looo' lalu aku bisa jadi mak comblang kalo ternyata salah satu dari kalian ada yang naksir dia! Tapi apa? Kalian nggak mau kan repot-repot nanya ke aku? Boro-boro nanya, tiap aku mau cerita kalo Faris itu sodaraku , baru aku nyebut nama Faris aja kalian udah jealous dan langsung ganti topik. Kalian tahu nggak? Hatiku tuh sakit kalian gituin. Kalian sudah nggak pernah ada di saat ku butuh. Kadang-kadang aku pengen teriak 'DIA SODARAKU. DIA SODARAKU! Jangan musuhin aku! Tapi aku nggak bisa teriak. Aku kesal sama kalian dan ku biarin kalian mikir kalo Faris itu pacarku, biar kalian sakit juga" "gila kamu" "Lalu kamu ada Div? Apa hah? Aku mendekatimu! Aku pengen cerita ke kamu! Tapi kamu nggak peduli. Tiap ku sebut mana Faris kamu mesti langsung jealous. Kamu menyukainya. Sebenernya aku pengen bantuin kamu tapi bahkan kamu nggak mau ngaku kalo kamu suka sama Faris. Lalu kemudian aku ke Lisa, ke Fia, dan hasilnya sama aja tau nggak?" aku menangis. "Na!" "Fia, kamu nggak tahu kan kalo Faris naksir kamu?" air mata Fia menetes "aku?. . . Kenapa?" ujarnya terbata "kenapa kamu nggak bilang?" "dan kenapa juga kamu nggak mau repot-repot bilang ke aku kalo kamu suka sama Faris? Tahu nggak? Aku adalah orang yang paling shock pas tau kalo kamu pacaran sama Ciko. Apalagi aku tahunya dari orang-orang, bukan dari kamu! Kamu harusnya ngerti gimana perasaanku saat itu. Sakit. Terkhianati. Ngrasa kalo aku bukan siapa-siapamu, kalo aku bukan sahabatmu! Dan satu, aku nggak mungkin bilang disaat kamu sudah jadi ceweknya Ciko" "harusnya kamu kasih tau aku sebelum aku pacaran sama Ciko" "aku nggak tau Fia, dulu aku nggak tahu kalo kamu juga suka sama dia, ku pikir cuma Lisa sama Diva yang suka sama Faris" "kenapa kamu lakuin ini sama aku?" tanya Fia lirih. "kalian yang kenapa lakuin ini sama aku? Kalo saja kalian tuh nggak langsung nge-judge aku kayak gitu, ini semua nggak bakal terjadi!" aku menangis lagi. Belum pernah aku sesakit ini. "sakit rasanya diasingkan"aku duduk memandang jalan lagi. Kemudian kami semua terdiam lama banget. Lalu disana. Tepat di seberang jalan sama. Aku melihat seorang cowok melambaikan tangan kearahku, memanggilku. Aku berdiri berjalan menghampirinya, kemudian ku dengar suara Lisa "maafin kami, kami takut kehilanganmu untuk kedua kalinya" dan ajaib. Aku tak mengacuhkannya. Aku terus berjalan menghampiri cowok yang sedari tadi melambai ke arahku. Cowok itu Faris. Dia tersenyum masih melambaikan tangannya ke arahku "Faris?" bisikku, aku berlari menyebrang jalan dengan semangat 45 kemudian ku dengar ada yang berteriak "SAINA!" Hanya selang beberapa detik aku mendengar bunyi rem berdecit dan sebuah benda keras menghantamku. Kurasakan tubuhku terpental entah kemana lalu semuanya gelap.
*selesai :)*

BINTANG YANG BERSINAR KEMBALI

Di pagi yang sangat sejuk berdirilah seorang anak kecil yang memandang takjub ke atas sana. Ada apa gerangan di atas sana? Apa yang ia lihat? Banyak pertanyaan di dalam hatiku yang tak tercurahkan.Aku mendekati gadis kecil itu lalu bertanya “apa yang adik lihat…?”. Anak itu tidak menjawab pertanyaanku ia hanya memandangi langit kecil yang beralaskan awan. Karna aku masih penasaran aku bertanya sekali lagi “apa yang adik lihat…?” lagi lagi anak kecil itu tidak menjawab ia hanya menunjuk ke langit. Lalu anak itu mengatakan satu kata “itu”. Aku terdiam lalu aku mengikutinya melihat ke langit. Astaga ternyata ia melihat bintang. Bintang yang paling terang untuk menyinari pagi yang belum di sinari mentari.Belum hilang rasa penasaranku pada anak itu aku bertanya ”siapa nama adik?” pertanyaan ku hanya di jawab dengan senyum yang lumayan lebar. Dan ia kembali menatap langit.Tiba tiba dari dalam rumah yang lumayan besar ada seorang laki-laki yang memanggil-manggil seseorang ”bintang, bintang, kamu dimana sayang” suara itu sangat berat tetapi penuh rasa cinta. Tiba tiba anak yang berada di sampingku lari menuju suara itu. Seorang laki-laki muda keluar dari rumah. Anak kecil itu berlari ke arahnya. Lelaki itu menggandeng anak kecil itu masuk ke rumah. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~Aku belum memperkenalkan diri namaku Zarina aku adalah seorang pelajar yang sedang jalan jalan dengan adik kembarku dialah Zirana. Aku pergi meninggalkan kota jakarta untuk menghirup udara segar di desa tempat kelahiran ayahku. Bunda sudah meninggal 3 tahun yang lalu karna sakit. Sekarang aku berumur 16 tahun dan aku tinggal bersama ayah, dan dua kakak ku ka Dava dan ka Arya. Aku punya seorang nenek yang baik hati. Sekarang aku sedang berlibur di kediamannya. Dialah ibu dari ayahku, dialah yang membesarkan ayahku meski membesarkan ayah seorang diri nenek tidak mengeluh. Sampai akhirnya ayah menjadi orang sukses dan menjadi ayah yang baik untuk keluarga. Ayah tidak bisa lama-lama pergi meninggalkan pekerjaan kantor yang menumpuk jadi ia tidak ikut bersenang-senang dengan kami di sini. Semenjak kepergian bunda ayah selalu menyibukkan dirinya di kantor. Waktunya ia habiskan untuk mengerjakan berkas-berkas yang ia anggap penting.~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ Aku sedang berjalan jalan pagi ketika aku melihat sesosok anak kecil sedang memandangi langit yang tertutup oleh awan. Aku benar-benar heran pada anak itu kenapa dia selalu menatap langit. Sesampainya di rumah aku bertanya tentang anak itu kepada nenek. Nenek bercerita panjang lebar.Aku masih belum percaya kalau gadis kecil itu bisu. Karna iya mengucapkan kata ”itu” padaku. Aku hanya terdiam mendengar cerita dari nenek. Ka Dava sangat antusias mendengarnya sedangkan ka Arya hanya sekali-sekali menoleh dari tempat duduknya. Nenek bilang nama gadis kecil itu Bintang. Ia bisu karena kejadian tragis yang menimpa dirinya 3 tahun yang lalu. Di hadapan matanya ayahnya di bunuh dengan tragis oleh pamannya sendiri. Sejak saat itu ia membisu dan ibunya yang tidak terima kejadian itu akhirnya gila dan masuk ke rumah sakit jiwa. Sekarang ia tinggal bersama abangnya. Segala macam cara sudah di lakukan Bayu untuk menyembuhkan adiknya tetapi Bintang tetap tidak terobati.Bayu bekerja di pabrik pupuk milik nenek sebagai pengawas barang yang masuk setiap harinya. Dia anak yang jujur dan ulet nenek sangat bangga dengan hasil pekerjaannya. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~Keesokan harinya aku melihat kejadian yang sama yaitu melihat Bintang sedang memandang bintang. Tapi ada yang lain dengan anak itu ia kelihatan sedang menangis. Aku menghampiri nya untuk memastikan apa yang aku lihat. Ternyata benar saat itu Bintang sedang menangis. Tetap aku tidak tahu penyebab mengapa Bintang menangis. Ketika aku ingin bertanya Bintang keburu di panggil oleh Bayu. Bintang berlari ke arah Bayu tanpa mempedulikanku.Aku tertegun sesaat dan akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Sesampainya di rumah aku tidak menemukan Zi dan nenek aku hanya bertemu dengan ka Arya dan ka Dava yang sedang berebut pulpen yang mereka temukan di kolong meja. ”Aneh pulpen aja berebut” gumamku. Sesaat mereka berpaling kepada ku lalu melanjutkan bertengkar memperebutkan pulpen.Aku tidak ingin bertanya pada mereka di mana Zi dan nenek sekarang. Karna percuma saja kalau aku bertanya mereka takkan menjawabnya. Aku masuk ke dalam kamar sambil menyetel MP3. Suara yang mengalun indah membuat suasana nyaman. Tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamarku.”Za, Za, buka pintunya dong Za aku mau masuk nih” seru suara dari luar.”ya sebentar” seru ku dari dalam kamar.”dari mana aja lo Zi gue cariin lo dari tadi yang ada ka Arya ama ka Dava yang lagi berantem” seru ku dengan pandangan sinis.”gue abis nganterin nenek ke pasar, lo sih mau di ajakin eh ngilang entah kemana. Emang tadi lo kemana sih?”tanya Zi bersemangat.”gue abis ngeliat Bintang, tapi kasian Bintangnya lagi nangis.” seru ku lagi.”mana ada bintang bisa nangis ngaco aja deh masih pagi bu jangan ngelantur”seru Zi.”bukan bintang di langit dodol. Tapi Bintang itu loh yang di ceritain nenek kemaren inget ngak?” seru ku menjelaskan” Oooo.. gue kira bintang di langit. Emang kenapa dia nangis mungkin inget kejadian itu kali ya? kasian kecil-kecil udah di tinggal orang tuanya ayahnya mati bundanya gila, pasti dia kesepian deh” jawab Zi bersemangat.”mungkin tapi kan masih ada abangnya, kasihan yah untungnya kita masih punya ayah yang sayang sama kita jadi kita ngak terlalu kehilangan atas kepergian bunda ya Zi..!” seru ku parau.”iya.. kita masih beruntung juga masih punya kakak yang sayang sama kita”seru Zi.kami tenggelam dalam pikiran masing masing dan entah apa yang sedang kami pikirkan.~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~Besoknya aku tidak menemukan Bintang yang biasanya sedang melihat bintang. Kukira ia sudah di panggil masuk oleh abangnya. Tetapi dua hari berikutnya aku tetap tidak menemukan Bintang Aku takut ada yang terjadi dengannya. Aku memutuskan untuk ikut nenek ke pabrik pupuk, aku ingin tahu Bintang lebih jauh dari Bayu kakaknya. Ka Arya, ka Dava, dan Zi memaksa ikut akhirnya kita ber lima pergi mengunjungi pabrik di antar oleh kang Asep supir pribadi nenek. Ka Arya, ka Dava, dan Zi sibuk dengan pertanyaan mereka masing masing pada nenek. Tetapi aku sendiri lebih tertaik untuk mencari Bayu. Akhirnya aku menemukannya di sudut pabrik sedang menghitung barang yang di turunkan dari truk.Setelah selesai menghitung barang aku mengajaknya untuk ngobrol. Ternyata benar yang di katakan nenek kalau dia adalah seseorang yang baik dan sangat ramah. Tetapi ketika aku bertanya tentang Bintang wajahnya terlihat sangat sedih. Dia berkata bahwa akhir-akhir ini Bintang selalu gelisah dan tidak tenang di kala tidur. Mungkin itu di sebabkan karena dia ingat kejadian yang memilukan. Kejadian itupun yang membuat Bayu kehilangan sosok orang tua dalam hidupnya.”dua hari tang lalu setelah aku pulang dari pabrik aku menemukan Bintang tidak sadarkan diri. Badannya panas, dan aku langsung membawanya ke dokter. Kata dokter itu di sebabkan traumatik yang berkepanjangan” seru Bayu.”Terus Bintang sekarang ada di mana?” tanya ku penasaran.”Bintang ada di rumah sakit dokter menyarankan agar Bintang di rawat inap sampai kondisinya benar-benar membaik tapi hari ini ia sudah di izinkan pulang. Setelah aku meyelesaikan semuanya aku akan menjemputnya”seru Bayu.”aku ikut ya!” rajuk ku kepadanya.“emm… baiklah tapi aku harus menyelesaikan pekerjaan ku dulu” seru Bayu.“emmm… oke aku tunggu ya!” seru ku gembira. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~Aku meminta izin pada nenek untuk ikut Bayu kerumah sakit dan diizinkan. Zi ingin ikut tetapi tidak diizinkan oleh ku. aku bilang padanya bahwa ia hanya akan merepotkan saja yah dasar anak kembar kami jadi bertengkar dan kemenangan berpihak pada ku. Dengan berat hati Zi melepas kepargian kami. Kebahagiaan terpancar di wajah Bayu karena hari ini ada dua orang yang bisa ia bawa pulang ke rumahnya. Ya ibu yang mereka cintai telah sembuh dan akhirnya di izinkan pulang. Bayu sudah tidak sabar melihat wajah ibunya yang telah lama berpisah dengan nya.Ketika sampai di rumah sakit Bayu sangat bahagia karna ibunya sudah bersama Bintang. Ketika Bayu masuk ke ruangan, Bintang dengan cepat berlari kearahnya dan detik berikutnya mereka berpelukan. Pelukan yang hangat dari sepasang saudara. Setelah selesai berpelukan Bayu menuju ibunya dan berlutut di kaki ibunya.”bu maafkan aku selama ini aku gagal menjadi anak yang baik bagi ibu. Aku tidak berbakti padamu dan membiarkanmu dalam ruangan yang tidak nyaman selama 3 tahun. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk membahagiakanmu aku menyesal ibu maafkan aku..!” rintih Bayu memohon.”tidak anakku kamu tidak bersalah kamu hanya menjadi koban kekejaman pamanmu yang membuat kita kehilangan ayah untuk selama-lamanya. Bahkan membuat adikmu seperti sekarang ini. Pasti selama ini kamu merasa kesepian!” ucap ibu.”aku tidak pernah merasa kesepian karna ada Bintang yang selalu membuatku tegar menghadapi semua ini bu..!” seru bayu menahan tangisnya.”oh iya bu, kenalkan ini temanku namanya Za ia cucu nenek Sulastri. Ia sedang berlibur di sini” seru Bayu.”siang tante” seru ku denan hormat.”jadi kamu Zarina anak Bima dan Putri bagaimana keadaan mereka?” tanya ibu Bayu.“Ayah baik-baik saja” ucap ku kemudian.“Lalu bagai mana dengan keadaan bundamu apakah dia baik baik saja saya kangen sekali dengan nya dulu kami bersahabat dan pernah mencintai orang yang sama ayahmu. Tapi ayahmu lebih memilih bundamu karna mungkin ia lebih baik!” seru ibu Bayu.“oh gitu ya tante, tapi sayang tante ngak bisa ketemu bunda lagi karena bunda udah ngak ada” ucapku melemah.”apa maksudnya, apa yang terjadi dengan Putri? Apakah maksudmu Putri sudah meninggal?” tanya ibu Bayu.”ia tante bunda sudah meninggal 3 tahun yang lalu karna penyakit yang di deritanya!” kataku lagi.”ibu turut berduka cita ya sayang atas kepergian bunda mu, lalu bagaimana keadaan kakak-kakakmu dan adik kembarmu mereka baik-baik aja kan?” ucap ibu Bayu.”mereka baik-baik aja ko tante. Tadi sih masih di pabrik sama nenek tapi mungkin sekarang udah pulang.” seru ku.”bu, mari kita pulang lebih baik ngobrolnya di lanjutkan di rumah saja ya!” seru bayu.”iya sayang mari kita pulang”seru ibu. ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~Keesokan harinya.”Bay, lo di bolehin nenek libur tapi sebagai gantinya lo anterin gue jalan-jalan ya, ajak Bintang juga biar dia ngak suntuk di rumah mulu” seru ku mengajaknya.”oke..gue setuju bentar ya gue panggilin Bintang dulu sekalian izin ama ibu” ucap bayu.”oke.. gue tunggu sini ya!” seru ku menimpali perkataannya.Bayu kembali menggandeng Bintang di sisinya. kami jalan-jalan menuju taman di dekat pertokoan. Disisi kanan dan kiri taman, terjual berbagai macam barang yang di butuhkan. Mereka duduk-duduk di taman tersebut.”Za, Bintang, pada haus ngak kakak beli minum dulu ya” seru Bayu.”oke deh” ucap ku menyetujui perkataannya.aku melihat ke sekeliling ada yang menjual boneka aku berinisiatif untuk membelikan Bintang boneka. aku bertanya pada Bintang apakah ia mau di belikan boneka, dan Bintang menganggukkan kepala tanda setuju. Karna letaknya di sebrang jalan, Bintang ku suruh menunggu saja dan tidak ikut menyebrang. Ketika aku ingin menyebrang dari arah selatan ada mobil yang berkecepatan tinggi.Tiba-tiba Bintang berteriak ”ka Za awas”. Bayu yang tahu kejadian itu berlari sekuat tenaga dan menerjang ku sampai ke sisi di sebrang jalan. kami berdua selamat, dan detik berikutnya kami baru sadar bahwa yang berteriak tadi adalah Bintang. kami cepat-cepat menyebrang dan menghampiri Bintang yang masih panik. Bayu berusaha meyakinkan dirinya bahwa yang ia dengar tadi adalah murni suara Bintang.”Bintang sayang kamu bisa bicara coba ucapkan kata apapun agar kakak tidak penasaran” seru Bayu menggebu-gebu.”kakak aku sayang kakak” seru Bintang dengan lancar.”terima kasih tuhan kau telah menyembuhkan adik yang aku sayangi” seru Bayu.Ia menoleh ke samping dan melihat ku sedang meritih kesakitan.”Za kamu ngak papa? Yaampun tangan mu berdarah, sebentar..” seru Bayu lalu berlari membeli air es, tisu, dan obat merah.”aku obatin ya lukanya, sini tangannya...” seru Bayu.”auwwww..............” rintih ku kesakitan.”aduh sakitya maaf ya sebebtar lagi selesai Cuma tinggal di perban aja, selesai”seru bayu.”thanks ya bay.. lo berbakat juga jadi dokter hehe.. terus luka mu gimana?” tanya ku.”ngak papa.. Cuma ke gores doang ko.. kita pulang aja ya biar kamu bisa istirahat” seru Bayu sambil memapah ku sampai rumah.Di rumah nenek sangat panik tapi ketika sudah di jelaskan bahwa aku tidak apa-apa nenek kembali tenang. Nenek berkata bahwa ayah kami besok akan datang untuk menjemput kami. Aku sangat sedih karna aku tidak ingin berpisah dengan Bayu dan Bintang. Tapi Bayu meyakinkan ku bahwa kami akan bertemu kembali.~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~Keesokan harinya ayah kami datang. Ketika ayah melihat ibunya Bayu ia bertegur sapa dan menjadi akrab lagi. Mereka saling bertukar cerita tentang pengalaman hidup yang mereka lalui hingga hari ini. Setelah ayah ngobrol dengan ibunya Bayu kami berkemas untuk kembali ke Jakarta. Kami baru menyadari bahwa ayah sangat gembira. Dan baru kali ini aku menyaksikannya tersenyum selepas itu setelah kepergian bunda 3 tahun lalu. Dan aku tahu penyebabnya, ya mungkin karna ia bertemu dengan ibunya bayu atau tante Ratna.Dua bulan kemudian ayah bercerita kepada kami bahwa ia akan memberikan kami seorang bunda. Ia akan melamar wanita itu dua hari lagi. Dan aku kaget ketika aku tahu bahwa yang akan menjadi bundaku adalah tante Ratna ibu Bayu. Berarti aku dan bayu akan menjadi saudara. Hati ini sangat bahagia mendengarnya.Sesungguhnya Bayu sangat menyayangiku tapi ia mengorbankan perasaannya untuk ibu dan adiknya. Bulan berikutnya tante Ratna sudah resmi menjadi istri ayah sekaligus bunda buat kami. Bintang sangat bahagia bisa punya kakak perempuan. Sekarang aku dan Bayu sangat saling menyayangi meski hanya sebagai kakak adik aku senang bisa mempunyai kakak seperti dirinya. Malam ini Bintang sedang memandangi bintang. Tidak seperti hari-hari sebelummya. Kini ia memandang bintang dengan penuh kegembiraan. Dan akhirnya Bintang kembali bersinar terang.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ selesai ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

Takdir

… Takdir … Di sebuah sekolah terkisahlah seorang cowok yang bukan main tampan nya dan seorang cewek yang juga bukan main cantik nya. Nama mereka adalah Michael dan Marisska, semua murid selalu menahan nafas ketika melihat salah satu dari mereka. Terlebih Michael, dia sangat pintar dan baik hati, sehingga ia begitu terkenal tak hanya di sekolah nya saja bahkan sampai ke sekolah-sekolah lain. Sedangkan Marisska terkenal dengan sifat nya yang anggun, dingin, dan pendiam, ia tak memiliki banyak teman kecuali Alice. Kebalikan dari Marisska… Alice meski cantik tapi sama sekali tak seperti perempuan, ia cenderung tomboy dan kekanakan. Hari-hari mereka selalu indah sehingga banyak yang iri tapi tak sedikit yang kagum. Pada suatu hari Michael pernah mencoba menyatakan cinta nya pada Marisska, tapi ia di tolak. Itu membuat murid-murid menganggap Marisska sombong, namun kejadian itu sudah lama dan hampir hilang termakan waktu… Kejadian tak terduga terjadi setelah upacara kelulusan pada acara Promn Night, Marisska datang dengan gaun pesta yang sangat indah, ya maklum lah acara Promn Night itu juga sekalian pesta kostum. Jadi murid-murid datang dengan bermacam-macam kostum. Marisska tampak sangat cantik, ia terlihat seperti putri raja yang sedang menunggu datang nya pangeran yang akan menjemput nya. Tapi ternyata yang ia tunggu adalah… … “Marisskaaaa!!!” teriak seseorang berkostum aneh dari jauh. Ia berlari menghampiri Marisska. Marisska menoleh ke arah nya, kepala nya mendongak melihat seorang cewek tinggi di hadapan nya. Marisska memperhatikan seluruh kostum cewek itu dengan heran nya. Di kepala cewek itu terdapat semacam mahkota yang cukup aneh bagi nya, seperti nya kostum yang cewek itu pakai adalah armor atau semacam nya. Di lengan kanan dan kiri nya terdapat rantai yang menjulur tidak terlalu panjang dan di ujung rantai kanan terdapat semacam bandul berbentuk segitiga, sedangkan di kiri terdapat semacam bandul berbentuk lingkaran. Marisska masih heran dengan kostum cewek itu. Sampai akhirnya cewek itu berbicara pada nya. “Marisska! Lu kenapa kayak orang bingung begitu sih?” tanya cewek itu. “Lu pake kostum apa sih, ‘Lice?” tanya Marisska pada cewek itu, yang ternyata adalah Alice. “He…he…Keren khan?! Gue jadi Andromeda Shun dari anime Saint Seiya!! Liat gue bahkan beli wig sama softlense wana ijo muda. Biar mirip sama si Shun!” kata nya sambil menunjuk wig nya. “Ya ampun… niat banget sih lu!” kata Marisska sambil memperhatikan wig Alice. “Ya…ya… tapi jangan salah sangka!! Andromeda Shun itu cowok lho!!” balas Alice. “Hmmm…” jawab Marisska singkat. Lalu Alice duduk di samping Marisska dan mereka mengobrol, sampai akhir nya acara dansa di mulai. Di alunkan lah musik-musik romantis dan lampu menjadi menggelap. Alice dan Marisska tidak berdansa dengan sesorang mereka tetap duduk di situ, Marisska hanya diam tetapi Alice sesaat celingak-celinguk mencari seseorang, sampai… “Do you wanna dance with me?” tanya seorang pemuda tampan dengan lembut pada Marisska, pemuda itu tak lain adalah Michael. Marisska memperhatikan tangan Michael yang tertuju pada nya. Dan memalingkan wajah nya. Alice merasa gregetan lalu menarik Michael keluar, setelah cukup jauh dari Marisska, ia mulai bicara. “Eh bego!!! Kok lu baru muncul sekarang sih???!!!!” tanya Alice kesal. “Sebener nya udah dari tadi, tapi gue gak berani ngajak dia ngobrol!!” bela Michael. “Aaaarrgghhh!!! Lu menggagalkan rencana kita!!” kata Alice frustasi sambil mengacak-acak wig nya, sehingga wig itu copot dari kepala nya. Michael tertawa melihat hal itu, Alice memungut wig nya lalu memukul ringan kepala Michael. “Jangan ketawa bego!! O.K. gue bantuin lu sekali lagi, tapi lu harus langsung nyatain perasaan lu ke Marisska ya?!” kata Alice. Michael mengangguk setuju. Lalu mereka melangkah masuk lagi, tanpa basa-basi ia menyuruh Marisska dan Michael berdansa, sementara ia memperhatikan mereka sambil makan coklat. Tiba-tiba seorang pemuda menepuk bahu nya. Alice menoleh dan memandangi pemuda itu… Pemuda itu tinggi kulit nya kecoklatan, lumayan cakep dan ia memakai kostum yang mirip dengan kostum Alice. “Eh lu Joe, make kostum Phoenix lu ya?” tanya Alice. “Iya… gue juga suka sama Saint Seiya. Btw lu mau dansa sama gue gak?” tanya Joe balik. “Dansa? Ogah!! Tapi kalau bertarung gue terima!!” kata Alice sambil tersenyum ala Devil dan mencengkram rantai nya kuat-kuat. Joe agak terkejut dengan reaksi Alice, saking takut nya ia malah berlari keluar sambil teriak tolong!!! Alice menyusul nya sambil sesekali berteriak ‘Nebula Chain!!!’ Sementara itu Michael dan Marisska tampak mulai tebawa suasana saat berdansa. Semua orang memperhatikan mereka dengan kagum… Mereka tampak anggun Marisska tampak cantik dengan rambut panjang nya yang menjuntai sampai ke paha nya dan berwarna pirang ke emasan, sementara Michael tampak begitu tampan dengan senyuman dan rambut nya yang sangat modis. Namun saat Michael akan mengatakan sesuatu, Marisska memotong nya. “Jangan kira gue mau dansa sama lu karena memang gue mau ya?! Ini semua demi Alice.” jelas Marisska. Michael menggigit bibir nya dan mulai berbicara. “Marisska, sekali lagi gue mau ngungkapin perasaan gue, sekali lagi!!” ungkap Michael serius saat ia selesai membawa Alice ke bagian belakang gedung. Marisska menatap mata Michael bergantian, lalu mulai membuka mulut nya. “Nggak…gue gak mau!! Sekarang lu mau balik lagi ke dalem sama gue atau gak? Inget ini semua demi Alice.” Michael terdiam, hening…sunyi…sepi…sampai Marisska beranjak meninggalkan Michael, namun tiba-tiba Michael menarik tangan nya. Michael menatap nya serius sekaligus sedih, sehingga membuat Marisska bertanya-tanya dalam hati nya. “Tunggu… gue cuma mo bilang aja ke lu!” kata Michael. “Apa?” tanya Marisska. “Terakhir kali nya…” “Apa yang terakhir kali nya?” tanya Marisska penasaran. “Gak pa-pa lu gak terima gue, itu hak lu. Tapi, mau gak besok lu nemuin gue untuk terakhir kali nya?” kata Michael semakin serius. “Terakhir kali nya?” gumam Marisska. “Besok gue bakal berangkat ke Aussie, gue kuliah di sana dan mungkin gak akan balik ke sini lagi.” tutur Michael, Marisska memandang nya kaget. Marisska memandang nya lagi, ia melihat kesedihan dan ketulusan di mata Michael, ia sedikit iba dan sedih juga. Tapi akhirnya ia melepas genggaman tangan Michael. Ia melangkah ke dalam, tapi ia berhenti ketika melihat Alice berada di dalam sedang mencari seseorang. Marisska pun kembali menjemput Michael dan kembali ke dalam bersama nya.Tak lama kemudian pesta pun selesai, Alice mampir ke rumah Marisska sebelum pulang, Alice merasa ada yang gak beres, lalu ia pun bertanya pada Marisska. “Marisska, lu kenapa sih? Apa lagi mikirin ulah gue nyomblangin lu sama si Michael ya?” “Dia besok pergi ke Aussie… dan mungkin gak bakal balik lagi.” jawab Marisska datar. “APAAA??!!! Kok si kunyuk itu kagak bilang ke gue sih? Terus soal dia nembak lu itu, lu terima?” tanya Alice penasaran. Marisska terdiam sambil menggigit bibir nya, tiba-tiba saja air mata nya terjatuh. “Riss…!!! Lu kenapa?!! Marisska !!?” tanya Alice khawatir. “Gue nolak dia ‘Lice, gue nyesel! Gue sebener nya udah lama suka sama dia… tapi gue takut di gangguin sama anak-anak yang suka sama Michael, jadi gue selalu ngacuhin dia…” tutur Alice sedih. “Terus kenapa lu tolak ‘Riss?! Kenapa lu mesti mikirin anak-anak itu? Mereka gak bakal bisa ngapa-ngapain lu!! Sekarang lu udah gak bisa ngapa-ngapain! Lu kenapa begini sih? Kenapa mesti bohong sama diri lu sendiri sih, ‘Riss…?” kata Alice prihatin. “Dia minta gue buat dateng ke bandara besok… buat ketemu untuk yang terakhir kali nya… Gue mau dateng ‘Lice… Gue mau…” kata Marisska terisak-isak. “Lu harus dateng gue anterin lu ke bandara besok… Sekarang lu tidur, besok gue jemput lu pagi-pagi! Dan inget!!! Lu harus bilang perasaan lu yang sebener nya ke dia! Jangan berlagak bohong untuk kedua kali nya! Ini kesempatan terakhir, Marisska!!” kata Alice tegas. Esok nya… Esok nya… Marisska dan Alice berangkat dengan mobil Alice, namun celaka nya mereka terjebak macet saat di jalan menuju bandara. Marisska terus harap-harap cemas dan selalu menunjukan ekspresi khawatir. Sementara itu di bandara Michael melirik jam tangan nya lalu melihat ke arah ruang tunggu, ia menatap sedih… Namun mungkin Marisska memang tidak datang, pikir nya. Setelah cukup lama terjebak macet Marisska dan Alice pun sampai di bandara… mereka segera turun dan mencari-cari Michael. Mereka berlari-lari di bandara, Marisska bahkan tampak begitu tergesa-gesa dan ketakutan, namun akhirnya ketakutan nya terbalas ketika… “Pesawat Boeing 771-996 dengan tujuan Australia telah di berangkat kan semenit yang lalu… Sekali lagi Pesawat Boeing 771-996 dengan tujuan Australia telah di berangkat kan semenit yang lalu…” Marisska yang mendengar pemberitahuan itu langsung terjatuh… terjatuh dan menangis. Ya… kini ketakutan nya telah terbalas… Ketakutan itu terbalas dengan malapetaka!! Kini ia tak bisa lagi menemui Michael dan ia hanya bisa menangis dan menangis. Alice merangkul nya sedih, lalu mencoba menegarkan nya dan membawa nya. Di dalam mobil Alice berkata “Penyesalan Selalu Datang Belakangan, Marisska…” Dua tahun kemudian… Alice kini telah sukses menjadi sutradara ternama… tapi ia masih mengiringi kehidupan sahabat nya Marisska, Marisska pun telah melanjutkan hidup nya, ia telah menikah dengan seorang pengusaha yang seusia dengan nya. Ia menikah meski tak pernah mencintai lelaki itu. Namun takdir itu tetap lah sesuatu yang gaib, tak di sangka-sangka, setelah dua tahun berada di Aussie… Michael kembali ke Indonesia dengan gelar doktor dan ia pun mencoba untuk kembali menemui Marisska dan menyatakan cinta nya sekali lagi. Ia pun mencoba membuat kejutan yaitu datang ke tempat Alice terlebih dahulu. … “Hei Alice!! Tadi kata si Herman ada yang nyari lu tuh!” kata Joe… yang sekarang menjadi kekasih Alice dan bekerja pada satu naungan sebuah P.H. “Siapa, Joe?” tanya Alice penasaran… Namun Joe hanya mengangkat bahu nya. Alice pun keluar menuju ruang tamu di kantor nya dan… “MICHAEL?!! Lu… lu balik lagi?!” “Ha…ha… Sureprise!! Apa kabar ‘Lice?” kata Michael sambil menjulurkan tangan ke arah Alice. “Baik… lu…” kata Alice sambil menjabat tangan Michael. “Baik… tentu saja baik!! Ngomong-ngomong, gue ke sini ada maksud yang sangat jelas ‘Lice.” kata Michael. “Apa tuh?” tanya Alice penuh selidik. “Gue ke sini, gue balik setelah jadi doktor… Gue ke sini mau ketemu dan utarain sekali lagi perasaan gue sama Marisska. Semoga kali ini dia berubah pikiran.” kata Michael senang. Alice menunjukan ekspresi shock lalu ia menunduk merasa bersalah. “Ya… dia memang udah berubah pikiran ‘Mike… sejak lu berangkat tapi dia terlambat…” kata Alice. “Gak pa-pa sekarang gue balik buat dia.” kata Michael lagi. “Ya, dia terlambat… dan lu juga terlambat…” kata Alice, entah kenapa suara nya makin pahit untuk di dengar. “Maksud lu?” tanya Michael penasaran bukan main, tapi mencoba santai. Alice menghela napas panjang. “Lu terlambat ‘Mike… Marisska udah… udah---“ percakapan mereka terpotong ketika Joe masuk ke ruangan tersebut. “HUWAAA!!! Michael !!! Bener-bener Michael nih?” tanya Joe kaget. “I…ya…” jawab Michael tersenyum. “Wahhh… lu kagak berubah ya?! Masih aja ganteng kayak dulu!” kata Joe senang lalu menjabat tangan Michael. “Dah punya anak berapa lu bro?!” tanya Joe ceplas-ceplos. “Berisik lu!! Dasar kunyuk!! Dia belom nikah tauk!!” kata Alice menimpuk Joe dengan koran. “Aduhhh!!! Lu itu!! Cewek dikit kenapa sih?! Aneh deh dari dulu sampe sekarang udah jadian masih juga begitu!” kata Joe, lagi-lagi ia ceplas-ceplos. Michael melirik Alice bingung… Alice, pacaran… sama siapa… Emang sih dia cakep, tapi dia kan super galak. Galakan juga dia dari guru gue dulu. Kata Michael dalam hati. “Jadian ama siapa lu ‘Lice?” tanya Michael pada akhirnya. “Sama gue bro!!! Masa lu kagak nyadar sih?!!” kata Joe pada Michael. “Haa??!! Lu berdua?!!” Michael terkejut sampai tiba-tiba, koran melayang lagi ke muka nya dan muka Joe. “Berisik lu bedua!!!” kata Alice kesal bercampur malu. “Udah… Joe, gue mau pergi sebentar sama Michael. Lu di sini aja ya!” “O.K.” kata Joe sambil mengedipkan sebelah mata nya ke Alice. Lalu Alice pun pergi bersama Michael, saat di mobil Alice menjelaskan semua nya… “Mike… gue bilang lu terlambat karena… karena Marisska udah nikah! Ya, dia udah nikah sama anak temen papa nya. Sekarang dia udah jadi istri pengusaha yang seusia sama dia, nama nya Henry.” kata Alice. Michael terbelalak… ia mencoba mengeluarkan kata-kata tapi tak bisa… “Sekarang gue ajak lu ketemu sama dia… Gak pa-pa lu tenang aja suami nya ada tugas di Bali, jadi dia sendirian di Jakarta sekarang.” kata Alice sambil menyetir, lalu menelpon Marisska agar menemui nya di sebuah kafe. Di Kafe… Marisska datang ke kafe tempat ia dan Alice janjian, di sana ia bingung mendapati Alice sedang bersama seorang pemuda, tapi pemuda itu bukan Joe… Siapa ya… batin Marisska. Ia melangakah secepat mungkin dan betapa terkejut nya saat ia menyadari kalau pemuda itu adalah Michael. Tiba-tiba saja langkah nya terhenti. Alice yang menyadari bahwa Marisska sudah datang langsung menjemput nya, lalu membawa mereka berdua pergi dari kafe itu. Alice membawa mereka ke sebuah taman yang lebih sepi dan tenang di banding kafe… ia membiarkan Marisska dan Michael berbicara di sana. Marisska tampak begitu terkejut dan sedih. “Apa kabar lu… ‘Riss?” tanya Michael canggung. “Baik… lu sendiri…?” jawab Marisska. “Tadi nya baik… tapi gak sekarang, setelah gue tau lu udah jadi istri orang.” kata Michael berusaha tenang. Marisska menitikan air mata nya… Ia tak kuat, ia pun memeluk Michael. “Maafin gue ‘Mike… kalo aja gue lebih jujur sama lu… tapi gue gak ngelakuin itu. Maaf” kata Marisska sedih. “Kenapa lu gak nungguin gue? Kenapa lu buang harapan lu buat ketemu gue?” tanya Michael. “Gua kalah sama air mata mama ‘Mike, mama minta gue untuk segera nikah sama Henry, gua coba untuk tetap nunggu lu, tapi lu tetap gak balik. Akhirnya gue terpaksa nikah sama dia…” kata Marisska menangis di dalam pelukan Michael. Michael menitikan air mata nya juga, ia mengusap rambut Marisska… rambut Marisska tidak lagi panjang seperti dulu, tapi ia masih cantik sama seperti dulu. Michael merangkul nya begitu erat, ia mengangkat wajah gadis itu dan mencium bibir nya… Mereka menangis mencurahkan segala kesedihan yang selama ini mereka pendam. Akhirnya kini pupus lah sudah semua harapan yang terpendam… Kini tinggal lah air mata… Yang hanya bisa turun seperti deras nya hujan… Kini semua berakhir dengan kesedihan yang pasti akan berbekas sampai mati… Namun beginilah takdir… Selama nya ia adalah hal gaib… Yang tak seorang pun tahu… Melainkan Tuhan… Dan seperti yang sering di katakan orang… Bahwa… Penyesalan Akan Selalu Datang Di Saat-Saat Terakhir… … Takdir … …
TAMAT…