Senin, 18 April 2011

My First Date

Perkenalkan, namaku Cheza. Aku sekarang bersekolah di salah satu smp negeri di kotaku. Aku merupakan salah satu anggota geng yang lumayan terkenal nakal di sekolah.
Pada suatu hari, aku dan teman – teman sedang nongkrong di warung depan sekolah. Saat itu kami berencana untuk pergi ke salah satu sma untuk melakukan survey. Maklumlah, kami dalam rangka kelulusan dan mencari sekolah untuk pendaftaran. Sebelum berangkat dengan teman, aku berniat menghubungi seseorang yang sekarang menjadi pacarku, tetapi aku sendiri belum pernah bertemu dengannya. Akhirnya aku meminta pendapat kepada teman - temanku, dan mereka mengijinkanku untuk mengajaknya dalam survey tersebut. Setelah itu, akupun menghubunginya dan ternyata dia mengiyakannya. Kita janji untuk bertemu di suatu tempat. Pertama sih aku minta agar dia datang ke sekolahku, tapi sayangnya dia tidak tahu jalan menuju sekolahku. Kita rubah tempat bertemunya menjadi di salah satu perumahan. Selagi menunggu dia datang di tempat itu, temanku yang bernama Hige sedang membayar tagihan motor dan memasang sebuah sticker untuk motornya. Setelah menunggu cukup lama di gerbang perumahan itu, akhirnya orang yang aku tunggu tiba juga. Dia bernama Kiba. kita berjumlah 6 orang,itu sudah termasuk aku juga. Aku, Tia, Cher, Midori, Tsume dan Hige. Aku berkenalan terlebih dahulu dengan seorang cowok yang menjadi pacarku itu. Bisa di bilang kami cepat akrab dan terasa seperti sudah lama kenal. Dia sempat mengeluarkan handphonenya dan mengambil fotoku tanpa mengatakan sesuatu terlebih dahulu. Bisa di bilang dia mengambilnya tanpa ijinku. Setelah aku sadar tentang perbuatan usilnya, dia hanya tersenyum melihat wajahku yang kelihatan bodoh. Dan aku berkata dalam hati “hmm,manis juga kalo senyum”. Akhirnya ketiga temanku yang sudah seperti hantu, mengeluh dengan nada yang lumayan tinggi, karena Hige dan Tsume belum selesai dengan kegiatan mereka. Cher sempat mengirim SMS kepada Hige yang isinya “hei,kau dimana?”. Dan Hige membalas SMS Cher “aku masih ngurus motor, kamu kesini aja sama anak2”. Aku dan teman - teman segera menyalakan motor dan bergegas menuju tempat yang dimaksut oleh Hige. Aku di bonceng oleh Kiba, dan motorku dipakai oleh Cher. Sedangkan Tia di bonceng oleh Midori. Tak sampai 5 menit, kita tiba ditempat Hige dan Tsume maksut. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 11.35 wib. Midori yang kesal dengan kedua temannya itu mengomel agar mereka segera menyelesaikan sticker motor itu. Matahari sudah semakin naik dan cahayanya terasa sangat menyengat di kulit kami. Sepuluh menit berlalu, dan Hige berseru “yaah,selesai. Makasih ya mas”,HIge menyerahkan uang Rp 10.000 kepada mas yang memang ahli dalam hal memasang assesoris motor. Kami pun segera naik ke motor dan memakai helm masing – masing. “ayo berangkat!” seru Midori dengan semangat. “ayooo!!” seru kami dengan kompak, tapi KIba hanya diam. Perjalanan di mulai dari perumahan, dan teman – temanku mengendarai motor dengan sangat kencang. Aku yang tidak terlalu suka dengan hal yang berbau “ngebut” jadi takut. Midori, Tsume, Hige, Cher dan Tia sudah melaju lebih dulu di depanku dan Kiba. Tapi tidak berarti kami tertinggal. Disela sela perjalanan, motor kami melewati salah satu SMPN, dan di gerbang SMP itu ada seorang cewek. Tiba - tiba Kiba berkata “itu temen kamu ya,yang berdiri di situ?”. Aku melihat kearah anak itu, aku jawab “bukan ah”. Setelah aku lihat dengan seksama, ternyata itu memang temenku waktu SD. Spontan aku langsung nyeletuk “lho, kok kamu tau kalo itu temenku? Tau darimana? Kan kita baru ketemu”. Aku tidak tau wajah Kiba saat itu bagaimana karena aku sedang di bonceng, lalu dia bilang “tau dong.jangan pernah bohongin aku ya.lebih baik kamu jujur,bilang ke aku duluan daripada aku tau sendiri”. Dan kalimat itu aku cerna sebisa mungkin. Sepanjang perjalanan aku merasa nyaman ada di belakangnya. Dia sempat menarik tanganku untuk melingkar di pinggangnya. Dia juga menggenggam tanganku dengan penuh perasaan. Dan ku merasa dia tidak berbohong tentang perasaannya kepadaku. Jalanan pada siang itu lumayan ramai. Sekitar jam 12 lebih, kami tiba di depan sekolah yang kami tuju. Sekolah itu lumayan besar dan berwarna hijau. Kemudian kami beristirahat di bawah pohon yang rindang. Tetapi aku tidak berani duduk disana, karena banyak ulat bulu di pohon itu. aku mengingatkan teman temanku “hey guys, di pohonnya… liat! Banyak ulatnya. Jangan duduk disitu, nanti kalo kena ulat bisa gatel gatel lho”. Tapi Midori malah menjawab dengan cuek “aku dah tau. Tapi aku capek, panas, dehidrasi tau. Duduk dulu kan ga masalah”, sambil melanjutkan obrolannya dengan teman yang lain. Kemudian Kiba memanggilku, “temenmu kenapa? Katanya mau survey sekolah, kok malah santai kayak gitu? Ayo cepetan! Aku mau pulang, dah di cariin sama ayahku. Ada keperluan”. Nada bicaranya sedikit berbeda dengan yang di motor tadi. Kiba sedikit emosi pikirku. Dan aku melihat jam di handphoneku, sudah menunjukkan pukul 12.45. Aku segera ke arah mereka dan meminta untuk segera pulang. Karena aku takut akan dimarahi oleh orang tuaku jika pulang lebih siang dari biasanya. “ayo pulang yuk”, ajakku. “bentar lagi,masih panas lho”. Astaga, aku bingung kalo sudah ada masalah seperti ini. Kiba harus segera pulang dan aku juga harus pulang karena sudah semakin siang. “temaan, ayo balik yuk.. dah siang lho.. nanti aku dimarain.. lagian ini nanti kan mampir ke rumahnya cher, trus baru aku balik ke rumah..” aku memelas pada teman temanku yang memang hobi main itu. “iya deh iya, ayo pulang” jawab Midori. Aku tau kalo kalimat itu keluar dengan tidak ikhlas. Akhirnya kita segera naik ke motor dan menyalakannya. Kita berangkat menuju ke rumah Tia. Dan perjalanan itu memakan waktu setengah jam sendiri. Sepanjang jalan aku berdo’a biar sampe rumah nanti ngga di marahin. Setibanya di depan rumah Tia, Cher ikut turun disitu dan aku turun dari motor Kiba lalu naik ke motorku sendiri. Sedangkan Kiba tetap berada di motornya. Aku berpamitan dengan mereka dan langsung menancap gas motorku. Kiba mengikutiku dari belakang, karena dia memang tidak tau jalan daerah situ. Akhirnya tiba di tengah kota, dan aku pun berpisah dengan Kiba. karena jalan yang kita ambil memang berbeda. Sebelumnya aku mengucapkan terimakasih kepada Kiba karena dia mau datang ke kotaku. Dan sudah mengantarku melakukan survey aneh itu. dia tersenyum dan berpamitan denganku walaupun itu berada di jalan raya. Dan itulah pertemuan pertamaku dengan Kiba. sampai sekarang aku masih berpacaran dengannya walaupun jarang bertemu. Dan aku yakin dia adalah tipe pria yang setia.

======= TAMAT =======

Tidak ada komentar:

Posting Komentar