Jumat, 15 April 2011

Aku Untuk Kamu, Kamu Untuk Dia, Dia Untuk Kamu

“Alvin”, kata Dea tersenyum . “Iyah”, kata Alvin pelan. “Ke kelas bareng yuk?”, sapa Dea ramah. “Iyah”, kata Alvin lagi. Sudah enam bulan ini Dea mulai mengenal Alvin, entah kenapa ia langsung tertarik dengan cowok tinggi kurus ini. Pertemuannya dengan Alvin terjadi secara tidak sengaja ketika ia mengembalikan buku catatan milik Tike, sahabatnya. “Dah Vin…”, kata Dea ketika ia telah berada di depan kelasnya. “Iya De”, kata Alvin tersenyum dan segera memasuki kelasnya yang terletak di sebelah kelas Dea. Ketika istirahat siang, Dea yang tengah membaca buku di perpustakaan dihampiri oleh Tike. “De, tadi ada murid pindahan baru lho, namanya Lita”, kata Tike . “Emangnya kenapa Tik?”, tanya Dea penasaran. “Nggak kenapa-napa sih De sebenernya, tapi kayaknya dia agak deket gitu ama Alvin” “Emang kayak gimana orangnya?”, tanya Dea semakin penasaran. “Tuh yang lagi baca buku tentang voli di depan kita ”, kata Tike menunjuk seseorang. “Wajahnya ayu banget De”, sambung Tike. Dea tersenyum kecut , jika dibandingkan dirinya, Lita jauh lebih baik. “Weee… Lagi ngapain kalian berdua? Ngerumpi di perpus…” Tike dan Dea menoleh ke belakang perlahan dan melihat Alvin memandangi mereka curiga. “Ngapain sih Vin?!”, kata Dea salah tingkah. “Liatin kalian dah dari tadi, ngerumpinya asyik banget!”, katanya sambil duduk di samping Dea. Tike yang tahu sahabatnya telah lama menyukai Alvin segera pergi dan menghampiri Lita. “Halo Lita, aku duduk disampingmu yah?” “Iyah”, kata Lita pelan. “Liat deh, mereka cocok yah?”, kata Tike sambil menunjuk kearah Alvin dan Dea. “Mereka pacaran yah Tik?” “Nggak kuk, cuma lagi PDKT aja, hee” Pertandingan sepak bola antarkelas yang telah menjadi acara rutin di sekolah akan dilaksanakan satu minggu lagi. “Alvin…”, kata Dea sumringah. “Iyah, ada apa?”, jawab Alvin singkat. “Uhm, gak pa2 Vin, maaf yah udah ganggu”, kata Dea akhirnya. Alvin merupakan salah satu panitia dalam pertandingan sepak bola satu minggu mendatang, semenjak itu Alvin sibuk dan meluangkan semua waktunya untuk mengurus acara tersebut. Hari telah berganti hari, dengan biasa Dea menjalani harinya tanpa Alvin… Alvin yang tengah sibuk menjadi panitia kini tak sempat membalas sms Dea maupun bertegur sapa dengannya, sehingga gadis berkacamata ini pun hanya bisa terdiam. Walau telah menjadi panitia, Alvin tetap mengikuti pertandingan sepak bola karena ia merupakan salah satu pemain yang dijagokan oleh kelasnya. Tak disangka Dea, ketika ia menonton pertandingan Alvin, Lita yang menjadi suporter terus tersenyum menatap Alvin yang menggiring bola, bahkan ia berteriak histeris melihat Alvin mencetak gol kemenangan bagi kelasnya. Bukannya tak senang Alvin menang, tapi ia tak senang melihat cowok pujaannya itu sekarang tengah tersenyum, tertawa, bahkan sesekali ia dan Lita saling menepuk pundak untuk meluapkan rasa bahagianya. Secara tidak langsung, ia jadi tahu maksud sikap cuek Alvin padanya dan perhatian Alvin pada Lita. Dea tersenyum kecut dan berlari meninggalkan lapangan. “Aku untuk kamu, kamu untuk dia, dia untuk kamu”, katanya sambil menatap langit sore. Ia telah pasrah, seseorang yang baru telah merenggut semua perhatian Alvin, kini ia hanya bisa berjalan lunglai ke arah Tike untuk menceritakan ketidaksanggupannya untuk mempertahankan rasa yang telah ia lama simpan pada laki-laki yang kini tak menghiraukan dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar